
Pantau - Standard Chartered Indonesia menilai bahwa tambahan likuiditas sebesar Rp200 triliun ke bank-bank Himbara dan Bank Syariah Indonesia (BSI) akan berdampak positif dalam menurunkan biaya dana (cost of fund/CoF) serta memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional.
Tekanan Persaingan Dana Mulai Mereda
Jenny Tantono, Head of Transaction Banking Standard Chartered Indonesia, menyatakan bahwa suntikan dana tersebut dapat mengurangi tekanan persaingan dalam memperebutkan dana pihak ketiga (DPK) yang selama ini menjadi tantangan utama industri perbankan.
"Inisiatif dari Menteri Keuangan dengan mengguyurkan Rp200 triliun langsung ke Himbara, itu akan sangat membantu perbankan (secara industri) untuk menurunkan cost of fund," ungkapnya.
Sebelum adanya tambahan likuiditas, sejumlah bank BUMN mencatat rasio loan to funding ratio (LFR) mendekati batas atas, sehingga ruang ekspansi kredit menjadi terbatas.
Kondisi tersebut mendorong bank-bank menawarkan bunga deposito yang tinggi untuk menghimpun dana secara cepat.
Persaingan suku bunga simpanan kemudian merembet ke bank-bank swasta dan regional, yang terpaksa menyesuaikan agar tetap kompetitif dalam menarik DPK.
Situasi ini menyebabkan biaya dana di industri perbankan meningkat, meskipun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuannya secara signifikan.
Dengan adanya suntikan dana dari pemerintah, likuiditas bank-bank Himbara menjadi lebih longgar, rasio LFR membaik, dan kebutuhan untuk bersaing melalui suku bunga tinggi pun berkurang.
Ketika bank-bank Himbara mulai menurunkan suku bunga simpanan, bank-bank swasta dan regional juga memiliki ruang untuk melakukan penyesuaian tanpa kehilangan DPK mereka.
Efek Jangka Menengah Diperkirakan Lebih Merata
Jenny Tantono menyebut bahwa dampak tambahan likuiditas ini tidak akan langsung terasa, namun dalam beberapa bulan mendatang akan menciptakan kondisi likuiditas yang lebih merata di seluruh sistem keuangan.
Efek lanjutan yang diharapkan adalah penurunan biaya dana industri perbankan secara bertahap.
Penurunan biaya dana ini diyakini akan membuka peluang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit dan mempercepat pertumbuhan kredit menjelang akhir tahun.
"Kalau ditanya, apakah kita melihat ada benefit-nya (dampak likuiditas tambahan ke Himbara)? Ada. Mungkin tidak overnight, tidak dalam satu malam. Tapi mudah-mudahan menuju akhir tahun, itu akan membuat stabilitas dan cost of fund perbankan mulai turun. Dan itu akan membantu loan growth kita di akhir tahun ini," ia mengungkapkan.
Kementerian Keuangan sendiri telah menempatkan dana pemerintah di lima bank, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar Rp55 triliun, Bank Negara Indonesia (BNI) Rp55 triliun, Bank Mandiri Rp55 triliun, Bank Tabungan Negara (BTN) Rp25 triliun, dan Bank Syariah Indonesia (BSI) Rp10 triliun.
Dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Oktober 2025, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa hingga akhir September 2025, kelima bank tersebut telah menyalurkan kredit sebesar Rp112,4 triliun dari total penempatan dana yang diberikan.
Menteri Keuangan juga membuka kemungkinan adanya penambahan dana pemerintah ke bank-bank tersebut.
Saat ini, sudah ada dua bank yang mengajukan permintaan tambahan, yaitu BRI dan BNI, meskipun belum disebutkan jumlah tambahan yang diajukan.
- Penulis :
- Shila Glorya