billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Prediksi Penguatan Rupiah Menguat Usai Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed dan Sentimen Domestik Positif

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Prediksi Penguatan Rupiah Menguat Usai Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed dan Sentimen Domestik Positif
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Uang pecahan seratus ribu rupiah di atas uang dolar AS, Cash Center Bank Mandiri, Jakarta. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ed/pd/aa.)

Pantau - Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, memprediksi bahwa nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring meningkatnya kemungkinan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada sisa tahun 2025.

Josua menjelaskan bahwa arah kebijakan The Fed menjadi faktor utama yang mendukung potensi penguatan rupiah dalam waktu dekat.

"Gubernur Christopher Waller mengindikasikan bahwa anggota FOMC berpotensi melanjutkan penurunan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps, sementara pejabat yang baru diangkat, Stephen Miran, menegaskan kembali dukungannya terhadap penurunan suku bunga sebesar 50 bps bulan ini," ungkapnya.

Dolar AS Melemah Akibat Ketidakpastian Pasar

Aksi jual di pasar modal Amerika Serikat turut menekan nilai tukar dolar AS, terutama akibat meningkatnya ketidakpastian di sektor perbankan setelah muncul laporan aktivitas penipuan.

Indeks dolar AS pada Kamis, 16 Oktober 2025, tercatat turun 0,46 persen ke level 98,34.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS (UST) tenor 10 tahun juga turun 5 basis poin.

Sementara itu, indeks saham utama AS seperti Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan NASDAQ masing-masing turun 0,65 persen, 0,63 persen, dan 0,47 persen.

Sentimen Domestik Dukung Stabilitas Rupiah

Dari dalam negeri, sentimen positif turut memperkuat posisi rupiah, terutama dari penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN).

IHSG pada Kamis, 16 Oktober 2025, naik 0,91 persen ke level 8.125.

Yield SBN tenor 10 tahun turun 6 basis poin ke level 5,97 persen, yang merupakan level terendah sejak awal 2021.

Sebagian besar yield SBN dalam rupiah mengalami penurunan antara 7 hingga 11 basis poin.

Yield SBN tenor 5 tahun tercatat di 5,34 persen (tidak berubah), 10 tahun di 5,96 persen (-7 bps), 15 tahun di 6,41 persen (-10 bps), dan 20 tahun di 6,55 persen (-11 bps).

Volume perdagangan obligasi pemerintah pada Kamis, 16 Oktober 2025, mencapai Rp36 triliun, menurun dari Rp51,86 triliun pada Rabu, 15 Oktober 2025.

Kepemilikan investor asing dalam SBN naik tipis sebesar Rp0,04 triliun menjadi Rp901 triliun per 15 Oktober 2025, atau mencakup 14,06 persen dari total kepemilikan.

"Untuk hari ini, rupiah diperkirakan akan tetap berada di kisaran Rp16.500–Rp16.600 per dolar AS," ia menambahkan.

Pada pembukaan perdagangan Jumat, 17 Oktober 2025, di Jakarta, rupiah tercatat melemah tipis sebesar 1 poin atau 0,01 persen ke level Rp16.582 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.581.

Penulis :
Aditya Yohan