billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Dosen UNISA Nilai Transformasi Bali Jadi Pusat Keuangan Internasional adalah Langkah Strategis dan Visioner

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Dosen UNISA Nilai Transformasi Bali Jadi Pusat Keuangan Internasional adalah Langkah Strategis dan Visioner
Foto: (Sumber: Dosen Akuntansi Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta Seto Satriyo Bayu Aji.FOTO ANTARA)

Pantau - Rencana pemerintah menjadikan Bali sebagai pusat keuangan internasional dinilai sebagai langkah strategis oleh Seto Satriyo Bayu Aji, Dosen Akuntansi Universitas 'Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.

"Rencana menjadikan Bali sebagai pusat keuangan internasional adalah langkah yang sangat bagus dan strategis. Ini akan memperkuat posisi Indonesia di Asia Tenggara agar tidak hanya terpusat di Singapura atau Kuala Lumpur," ujarnya.

Momentum Tarik Investasi, Tapi Butuh Kesiapan Menyeluruh

Menurut Seto, kebijakan tersebut merupakan momentum penting untuk menarik investasi dan memperluas jaringan ekonomi regional.

Namun, ia menekankan bahwa keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada kesiapan menyeluruh, termasuk investor, regulasi, infrastruktur, dan stabilitas politik nasional.

"Investornya harus disiapkan dulu, begitu juga regulasinya, infrastruktur, dan yang paling penting adalah stabilitas politik. Kalau situasi politik dalam negeri masih bergejolak, investor tentu akan berpikir dua kali," jelasnya.

Pemerintah memutuskan untuk tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam proyek ini, dan Seto menyambut baik langkah tersebut.

"Justru bagus karena mendorong pihak swasta dan lembaga keuangan untuk ikut berperan. Ini bisa mengurangi beban fiskal negara," katanya.

Danantara Investment Holding Punya Peran, Tapi Jangan Jadi Satu-Satunya

Seto menyebut bahwa Danantara Investment Holding memiliki peluang besar sebagai salah satu sumber pembiayaan proyek ini, karena kapasitas dan jaringannya yang luas, serupa dengan Temasek Holdings di Singapura.

"Peluangnya besar karena Danantara berfungsi sebagai investment holding pemerintah. Dari pengalaman dan jaringannya, lembaga ini mampu mengelola investasi lintas sektor," ujarnya.

Meski demikian, ia mengingatkan agar pembiayaan tidak hanya bergantung pada Danantara saja.

"Jika seluruh pembiayaan diserahkan pada Danantara saja, risikonya terlalu tinggi karena akan ada concentration risk. Maka perlu diimbangi dengan sektor swasta dan investor asing agar risikonya terbagi dan tetap terkendali," tegasnya.

Ia menambahkan, pembagian risiko secara proporsional akan membuat proyek ini lebih berkelanjutan tanpa membebani keuangan negara maupun lembaga investasi pemerintah.

Bali Tak Lagi Hanya Pariwisata: Dorong Industri Keuangan dan SDM

Transformasi Bali menjadi pusat keuangan internasional diperkirakan akan membawa dampak ekonomi yang signifikan, baik secara lokal maupun nasional.

Jika proyek ini berhasil, Bali tidak lagi hanya mengandalkan sektor pariwisata.

"Akan muncul industri keuangan baru yang membuka lapangan kerja dan menarik tenaga profesional dari dalam maupun luar negeri," ungkap Seto.

Keberadaan family office di Bali diperkirakan akan mendorong peningkatan arus modal masuk (capital inflow) dan memperkuat industri jasa keuangan nasional.

"Dengan bertambahnya ekspatriat dan aktivitas ekonomi baru, daya saing keuangan nasional meningkat, dan Bali bisa menjadi wajah baru ekonomi Indonesia di mata dunia," tambahnya.

Ia menekankan bahwa kesiapan sumber daya manusia (SDM) akan menjadi penentu utama keberhasilan proyek ini.

"Persiapan SDM menjadi kunci. Jika tenaga kerja lokal siap, dampaknya tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi Bali, tetapi juga peningkatan kapasitas nasional," tutupnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti