billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Menteri UMKM Tegaskan Pentingnya Asuransi untuk Ketahanan Usaha Kecil di Tengah Ancaman Bencana dan Ketidakpastian Ekonomi

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Menteri UMKM Tegaskan Pentingnya Asuransi untuk Ketahanan Usaha Kecil di Tengah Ancaman Bencana dan Ketidakpastian Ekonomi
Foto: Menteri UMKM Maman Abdurrahman di sela Hari Asuransi 2025, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu 18/10/2025 (sumber: ANTARA/Dok Pribadi

Pantau - Menteri UMKM Maman Abdurrahman menegaskan bahwa asuransi memegang peranan penting dalam menjaga keberlangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan meningkatnya risiko akibat perubahan iklim.

Dalam sambutannya pada peringatan Hari Asuransi 2025 yang digelar di Nusa Dua, Bali, Menteri Maman menyampaikan, "Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ancaman perubahan iklim yang semakin terasa dampaknya terhadap proses bisnis, terutama bagi pengusaha UMKM, asuransi menjadi instrumen penting", ungkapnya.

Meski penting, data menunjukkan bahwa hanya sekitar 2,96 persen UMKM di Indonesia yang telah memiliki asuransi kebencanaan.

Lebih dari separuh atau sekitar 53 persen pelaku UMKM bahkan belum memiliki persiapan apapun dalam menghadapi potensi bencana.

Kementerian UMKM mencatat bahwa jumlah pelaku UMKM di Indonesia saat ini mencapai sekitar 57 juta orang.

UMKM menyumbang 61,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap hingga 97 persen tenaga kerja nasional.

Kerentanan UMKM dan Rendahnya Literasi Asuransi

Asian Development Bank (ADB) dalam laporan tahun 2024 menyebutkan bahwa UMKM, khususnya usaha mikro, merupakan sektor paling rentan terhadap guncangan ekonomi dan bencana alam.

Sebanyak 40 persen UMKM tidak mampu bangkit setelah terdampak bencana, sementara 25 persen baru bisa pulih setelah lebih dari dua tahun.

Menteri Maman juga menambahkan, "Asuransi hadir bukan sekadar sebagai proteksi, tetapi juga menjadi penopang semangat untuk bangkit dan melanjutkan usaha", katanya.

Namun demikian, tingkat inklusi dan literasi produk asuransi di Indonesia masih tergolong rendah.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2025 mencatat adanya peningkatan, di mana indeks literasi asuransi naik menjadi 45,45 persen dari 36,9 persen pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, indeks inklusi asuransi meningkat menjadi 28,50 persen dari sebelumnya 12,12 persen.

Kendati ada kemajuan, kesenjangan antara literasi dan inklusi masih cukup lebar, menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan produk keuangan tanpa memahami secara memadai cara kerjanya.

Menteri Maman mengajak seluruh asosiasi perusahaan asuransi untuk meningkatkan kolaborasi dalam upaya edukasi bagi pelaku UMKM.

Menurutnya, literasi yang rendah bukan sekadar persoalan pemahaman, tetapi berpengaruh langsung terhadap ketahanan usaha dan keberlanjutan bisnis.

Asuransi Dukung Pembiayaan Produktif Pemerintah

Menteri Maman menegaskan bahwa asuransi memiliki fungsi strategis dalam mendukung penyaluran pembiayaan produktif, seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

"Melalui perlindungan asuransi, penyaluran kredit dan akses pembiayaan bagi pengusaha UMKM diharapkan dapat terus meningkat", ia mengatakan.

Data dari Kementerian UMKM hingga 17 Oktober 2025 mencatat bahwa penyaluran KUR telah mencapai Rp217,1 triliun.

Dana tersebut disalurkan kepada hampir 3,7 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia.

Sebanyak 60,6 persen dari total dana atau sekitar Rp129 triliun disalurkan khusus ke sektor produksi.

Langkah ini ditujukan untuk memberikan dampak berlipat ganda terhadap perekonomian nasional.

"Jika penyaluran pembiayaan ke sektor produksi terus ditingkatkan, akan semakin banyak manfaat ekonomi yang dapat dirasakan secara luas", pungkas Menteri Maman.

Penulis :
Shila Glorya