billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Program Makan Bergizi Gratis Jadi Investasi Gizi dan Ekonomi Desa, Wamentan: “Bukan Sekadar Makan Gratis”

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Program Makan Bergizi Gratis Jadi Investasi Gizi dan Ekonomi Desa, Wamentan: “Bukan Sekadar Makan Gratis”
Foto: (Sumber: Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono saat meninjau pelaksanaan program MBG di SDN 238 Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (29/10/2025). ANTARA/HO-Humas Kementan)

Pantau - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya bertujuan memberi asupan nutrisi bagi anak sekolah, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi desa melalui pemberdayaan petani dan pelaku usaha lokal.

Gizi Anak Terpenuhi, Ekonomi Desa Bergerak

“Program MBG bukan hanya soal memberi makan bergizi. Dibalik satu porsi makanan bergizi, ada petani sayur, peternak ayam, dan pengusaha kecil di desa yang ikut bergerak,” ungkap Sudaryono.

Menurutnya, MBG menjadi contoh kebijakan pemerintah yang memiliki manfaat ganda: pemerataan gizi untuk anak-anak sekolah sekaligus penguatan ekonomi masyarakat desa.

Program ini melibatkan petani, UMKM, dan penyedia bahan pangan lokal di sekitar sekolah untuk meningkatkan permintaan terhadap komoditas dalam negeri dan mendorong perputaran ekonomi lokal.

“Jadi, manfaat MBG tidak hanya dirasakan anak-anak, tapi juga petani kita yang memasok bahan pangan,” tambahnya.

Sudaryono juga menekankan bahwa MBG merupakan bentuk pemerataan gizi yang demokratis.

Semua anak, tanpa melihat latar belakang ekonomi, berhak mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk mendukung proses belajar dan tumbuh kembang.

“Pemerintah ingin memastikan setiap anak Indonesia mendapat asupan gizi minimum yang cukup agar bisa belajar dengan baik,” ujarnya.

Investasi Jangka Panjang untuk Masa Depan Bangsa

Saat kunjungan ke SDN 238 Palembang, Wamentan menyaksikan langsung implementasi program MBG.

Ia berdialog dengan siswa dan menyaksikan antusiasme mereka menikmati makanan bergizi.

“Alhamdulillah, anak-anak senang dan makanannya habis. Bahkan, yang awalnya tidak suka sayur, akhirnya mau mencoba karena melihat temannya makan,” katanya.

Menurut Sudaryono, MBG bukan sekadar soal makan gratis, tetapi juga membentuk kebiasaan hidup sehat sejak dini dan menanamkan pola makan bergizi seimbang.

Pemerintah juga memperkuat pengawasan mutu dan keamanan pangan.

Setiap makanan yang dibagikan harus melalui uji kelayakan dan kebersihan, dengan target utama zero defect.

“Pemerintah tidak menoleransi adanya makanan yang rusak atau tidak higienis. Target kita adalah zero defect, semua harus aman, bergizi, dan layak dikonsumsi anak-anak,” tegasnya.

Sudaryono menyebut bahwa manfaat MBG memang tidak bisa dilihat secara instan.

“Hasilnya tidak instan. Anak yang makan bergizi hari ini mungkin baru akan terlihat manfaatnya 5–10 tahun ke depan, saat mereka tumbuh menjadi remaja yang sehat dan produktif. Tapi inilah investasi masa depan bangsa,” jelasnya.

Ia pun mengajak semua pihak — mulai dari pemerintah daerah, guru, hingga pelaku usaha pangan — untuk mendukung keberlanjutan program ini.

“Kita tidak boleh jadi bagian dari masalah, tapi bagian dari solusi. Kalau ada kendala, kita perbaiki bersama,” tutupnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti