billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

BFI Finance Catat Pembiayaan Baru Rp16,4 Triliun hingga Kuartal III 2025, Laba Tumbuh dan NPF Terjaga

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

BFI Finance Catat Pembiayaan Baru Rp16,4 Triliun hingga Kuartal III 2025, Laba Tumbuh dan NPF Terjaga
Foto: (Sumber: Petugas BFI Finance Indonesia sedang memberikan penjelasan mengenai proses pembiayaan kepada warga yang akan melakukan pengajuan kredit. ANTARA/Irfan)

Pantau - PT BFI Finance Indonesia mencatatkan realisasi pembiayaan baru sebesar Rp16,4 triliun sepanjang Januari hingga September 2025, atau tumbuh 15,2 persen secara tahunan (year-on-year), mencerminkan kinerja yang konsisten di tengah tantangan industri pembiayaan nasional.

Kinerja Tumbuh di Tengah Tantangan Ekonomi

Presiden Direktur BFI Finance, Sutadi, menjelaskan bahwa capaian tersebut menunjukkan daya tahan perusahaan meskipun industri menghadapi tekanan seperti pelemahan daya beli masyarakat, penurunan penjualan otomotif, dan persaingan yang semakin ketat.

“Nilai aset yang dimiliki Perusahaan juga turut didukung dari total piutang pembiayaan dikelola Rp26 triliun, mengalami peningkatan sebesar 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ungkap Sutadi.

Total aset perusahaan hingga akhir September 2025 tercatat sebesar Rp25,4 triliun, naik 5,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, BFI Finance juga membukukan pertumbuhan laba bersih dan menjaga kualitas pembiayaan di atas rata-rata industri.

Portofolio piutang pembiayaan perusahaan masih didominasi oleh segmen berjaminan mobil sebesar 51,1 persen, diikuti pembiayaan pembelian mobil sebesar 17,3 persen, alat berat dan mesin 14,9 persen, berjaminan motor 7,6 persen, properti 5,4 persen, serta pembiayaan syariah dan lainnya 3,7 persen.

Profitabilitas Meningkat, Likuiditas Terjaga Solid

BFI Finance mencatat laba setelah pajak sebesar Rp1,17 triliun atau tumbuh 4,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi profitabilitas, Return on Asset (ROA) tercatat sebesar 7,7 persen, sedangkan Return on Equity (ROE) mencapai 14,7 persen.

Perusahaan juga tetap berkomitmen pada prinsip kehati-hatian dalam operasional dengan menjaga rasio Non Performing Financing (NPF) bruto sebesar 1,55 persen dan NPF neto sebesar 0,26 persen.

Tingkat NPF coverage berada di level 2,5 kali dari nilai NPF bruto, menunjukkan tingkat proteksi risiko kredit yang kuat.

Gearing ratio tercatat sebesar 1,2 kali, jauh di bawah batas maksimum regulasi sebesar 10 kali dan juga lebih rendah dari rata-rata industri yang mencapai 2,2 kali.

Struktur pendanaan juga dinilai sehat, dengan 63,2 persen berasal dari lembaga keuangan dan nonkeuangan serta pendanaan alternatif melalui penerbitan obligasi.

“BFI Finance telah melunasi pokok dan bunga obligasi berkelanjutan enam tahap satu tahun 2024 seri A senilai Rp100 miliar yang jatuh tempo pada 5 Oktober 2025, sehingga mencerminkan pengelolaan likuiditas yang solid,” ujar Sutadi.

Fokus pada Layanan Digital dan Pembiayaan Produktif

Strategi perusahaan untuk menjaga daya saing dilakukan melalui penentuan valuasi pasar yang tepat, peningkatan kualitas layanan, serta optimalisasi kemitraan strategis.

“Inovasi layanan berbasis kemudahan dan kecepatan proses juga terus diperkuat agar dapat menjawab kebutuhan konsumen di era digital,” jelas Sutadi.

BFI Finance juga menegaskan komitmennya dalam mendorong pertumbuhan sektor produktif dengan menyalurkan pembiayaan modal kerja senilai Rp14,8 triliun hingga September 2025, meningkat 15,5 persen secara tahunan.

“BFI Finance senantiasa hadir untuk memberdayakan masyarakat dengan solusi pembiayaan yang kompetitif, fleksibel, dan berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang,” pungkas Sutadi.

Penulis :
Ahmad Yusuf