billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

FHCI Dorong Pemanfaatan AI Beretika dan Berfokus pada Pengembangan SDM di BUMN

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

FHCI Dorong Pemanfaatan AI Beretika dan Berfokus pada Pengembangan SDM di BUMN
Foto: (Sumber: Para pengisi acara dalam FHCI Connect Expert Series 4 dengan tema “Humanizing Digital Transformation: Building Ethical, Agile, and Future-Ready Talent Ecosystems” di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Kamis (30/10/2025). ANTARA/Farika Khotimah.)

Pantau - Forum Human Capital Indonesia (FHCI) mendorong pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang beretika, efisien, dan berorientasi pada pengembangan manusia dalam transformasi digital Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

FHCI menegaskan bahwa penerapan AI tidak boleh bertujuan menggantikan peran manusia, tetapi justru harus mendukung efisiensi, pengembangan kompetensi, dan adaptasi terhadap perubahan.

“AI justru membuat manusia lebih efisien, lebih cerdas, dan lebih cepat beradaptasi terhadap perubahan,” ujar perwakilan FHCI dalam diskusi publik yang digelar secara daring.

AI di PLN: Percepat Proses dan Tingkatkan Kompetensi Pegawai

Kepala Satuan Digital dan Teknologi Informasi PT PLN (Persero), Pratama Adieputro Suseno, menjelaskan bahwa AI telah diterapkan secara luas di lingkungan PLN.

“Di PLN, kami menerapkan AI hampir di seluruh lini manajemen, mulai dari perencanaan organisasi, produktivitas, hingga pengelolaan pelatihan dan kesejahteraan pegawai,” ungkapnya.

Salah satu inovasi utama adalah pengembangan sistem AI bernama Knowledge Smart Assistant for Training Recommendation and Intelligent Acceleration (KESATRIA), yang secara otomatis merekomendasikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan individu pegawai.

“AI ini membantu pegawai dan pengajar menemukan materi yang relevan secara cepat dan personal, tanpa harus mencari manual di sistem,” jelas Pratama.

Tantangan Etika dan Tata Kelola AI di Sektor BUMN

Sementara itu, SEVP Human Capital PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Steven A. Yudiyantho, menyoroti pentingnya menjaga nilai-nilai etis dalam penggunaan AI, khususnya dalam proses rekrutmen karyawan.

“AI memang mempercepat proses rekrutmen, tetapi tetap harus ada kontrol manusia untuk mencegah bias sistemik. Semakin banyak kita menggunakan AI, semakin besar pula kebutuhan untuk menghumanisasi proses HR,” katanya.

Dari sisi regulasi, Sekretaris Deputi Bidang Perniagaan dan Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian, Pujo Setio, menyatakan pentingnya membangun ekosistem dan tata kelola AI yang beretika.

Ia menyebut bahwa saat ini penggunaan AI di Indonesia masih banyak dimanfaatkan untuk konten kreatif, dan belum maksimal dalam mendukung inovasi yang bersifat produktif.

“Pemerintah terus memperkuat program pelatihan dan literasi digital agar masyarakat memahami etika dan risiko dari penggunaan AI. Ke depan, pengembangan talenta digital akan menjadi kunci untuk memastikan transformasi berjalan inklusif dan aman,” tegasnya.

Peringatan Akademisi: Jangan Terjebak dalam Tren Teknologi Tanpa Tujuan

Professor Simon Tanner dari King’s College London memberikan catatan kritis terkait fenomena adopsi AI secara berlebihan tanpa analisis yang kuat.

Ia memperingatkan risiko Digital Death Spiral, yaitu kondisi ketika pengambil keputusan mengikuti tren teknologi tanpa pemahaman yang jelas tentang manfaat dan tujuan penggunaannya.

“Banyak organisasi mengadopsi AI hanya karena tren, bukan karena kebutuhan yang jelas. Padahal, keberhasilan transformasi digital bergantung pada pemahaman data, pengukuran dampak, dan pengembangan kompetensi manusia,” ujarnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Ahmad Yusuf