
Pantau - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (4/11), seiring dengan menurunnya ekspektasi pasar terhadap kelanjutan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) tahun ini.
Penguatan Dolar AS Tekan Rupiah
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menyebutkan bahwa pelemahan rupiah dipicu oleh perubahan sentimen pasar terhadap arah kebijakan moneter AS.
"Sejak pengumuman kebijakan moneter The Fed yang terakhir, ekspektasi pemangkasan suku bunga AS selanjutnya menurun dari kisaran 94 persen ke kisaran 65 persen", ungkap Ariston.
Penurunan ekspektasi ini mendorong penguatan dolar AS secara global.
Pada Selasa pagi, indeks dolar AS tercatat mencapai level 100, yang merupakan posisi tertinggi sejak 1 Agustus 2025.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa pasar mulai meragukan kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed sepanjang tahun ini.
Selain itu, kebijakan fiskal dan moneter yang cenderung longgar di Indonesia turut memberi tekanan tambahan terhadap nilai tukar rupiah, meskipun neraca perdagangan nasional masih mencatat surplus.
"Tentu saja, kebijakan longgar fiskal dan moneter Indonesia, turut memberi tekanan ke rupiah meskipun data neraca perdagangan RI masih surplus", tambah Ariston.
Proyeksi dan Dinamika Kebijakan The Fed
Berdasarkan analisis pasar, kurs rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.600 hingga Rp16.680 per dolar AS.
Namun pada pembukaan perdagangan Selasa di Jakarta, nilai tukar rupiah justru melemah 39 poin atau 0,215 persen ke posisi Rp16.715 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.676 per dolar AS.
Tekanan terhadap rupiah juga dipengaruhi oleh ketidakpastian arah kebijakan The Fed pasca rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Oktober 2025.
Dalam rapat tersebut, The Fed memangkas suku bunga acuan (Fed Funds Rate/FFR) sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,75–4 persen dari sebelumnya 4–4,25 persen.
Namun, keputusan ini memunculkan dua dissenting opinion.
Gubernur Stephen Miran mendukung pemangkasan lebih agresif sebesar 50 basis poin, selaras dengan sikap FOMC sebelumnya.
Sementara itu, Presiden The Fed Kansas City, Jeff Schmid, memilih agar suku bunga tetap dipertahankan.
Perbedaan pandangan ini mencerminkan ketidakpastian arah kebijakan moneter AS ke depan, yang menjadi salah satu faktor utama pergerakan nilai tukar rupiah dalam waktu dekat.
- Penulis :
 - Ahmad Yusuf
 








