Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Aset Keuangan Syariah Tembus Rp3.050 Triliun, OJK Fokus Tingkatkan Literasi dan Inklusi Masyarakat

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Aset Keuangan Syariah Tembus Rp3.050 Triliun, OJK Fokus Tingkatkan Literasi dan Inklusi Masyarakat
Foto: Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam Expo Keuangan dan Seminar Syariah (EKSiS) yang digelar di Jakarta, Kamis 6/11/2025 (sumber: ANTARA/Putu Indah Savitri)

Pantau - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total aset industri keuangan syariah nasional mengalami peningkatan sebesar 11,3 persen secara tahunan (year on year), mencapai sekitar Rp3.050 triliun.

Rincian Aset Keuangan Syariah dan Pertumbuhannya

Berdasarkan data OJK, rincian aset industri keuangan syariah per sektor terdiri atas perbankan sebesar Rp975,9 triliun, pasar modal syariah sebesar Rp1.896,2 triliun, dan industri keuangan nonbank syariah sebesar Rp178,7 triliun.

"Total aset industri keuangan syariah meningkat 11,3 persen year on year, menjadi sebesar Rp3.050 triliun. Ini tentu saja didukung oleh stabilitas kinerja sektor keuangan kita," ungkap Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, dalam Expo Keuangan dan Seminar Syariah (EKSiS) di Jakarta, Kamis, 6 November 2025.

Data sebelumnya menunjukkan bahwa total aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk saham syariah) per Desember 2024 mencapai Rp2.883,67 triliun, berdasarkan snapshot perbankan syariah yang dirilis OJK.

Tantangan Inklusi dan Literasi Keuangan Syariah

Di balik pertumbuhan aset yang positif, OJK menyoroti pentingnya peningkatan inklusi dan literasi keuangan di masyarakat sebagai tantangan utama saat ini.

Tingkat literasi keuangan nasional masyarakat Indonesia pada tahun 2025 berada di angka 66,46 persen.

Namun, tingkat literasi keuangan syariah tercatat masih cukup rendah, yakni hanya 43,42 persen.

Friderica atau yang akrab disapa Kiki juga menyoroti rendahnya tingkat inklusi keuangan syariah di kalangan masyarakat.

"Kenapa kami mendorong inklusi keuangan? Berdasarkan studi OECD, semakin tinggi tingkat literasi dan inklusi masyarakat di suatu negara, itu semakin tinggi tingkat kesejahteraannya," ia mengungkapkan.

OJK pun menggandeng seluruh pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

Langkah-langkah yang dilakukan OJK meliputi penguatan literasi berbasis kolaborasi, peningkatan inovasi dan teknologi, pengembangan produk keuangan syariah, serta peningkatan peran aktif seluruh pemangku kepentingan.

"Ini tidak akan mungkin tanpa komitmen untuk bersinergi dan berkolaborasi," tegas Kiki.

Penulis :
Leon Weldrick