
Pantau - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menegaskan bahwa ritel modern bukan merupakan pesaing, melainkan mitra strategis bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam menggerakkan ekonomi nasional dan mendorong kemandirian usaha.
Sinergi Nasional untuk Kemandirian Ekonomi
Ketua Umum Aprindo, Solihin, menyampaikan pernyataan tersebut di Tangerang pada Jumat, menegaskan pentingnya kolaborasi ritel dan UMKM sebagai kekuatan ekonomi bersama.
“ Kami menyambut baik kolaborasi ritel modern dan UMKM. Semakin banyak kolaborasi seperti ini, semakin kuat struktur ekonomi nasional kita,” ungkapnya.
Tiga jaringan ritel besar nasional dan lokal, yaitu Alfamart, Indomaret, dan Borma Group, menegaskan komitmennya untuk tumbuh bersama pelaku UMKM.
Di tengah gempuran produk global dan derasnya arus perdagangan digital, ritel modern Indonesia justru memilih jalan kolaborasi, yang dianggap sebagai semangat sinergi nasional untuk menyalakan ekonomi Indonesia melalui kemitraan, bukan kompetisi.
Solihin menambahkan, “Kita jadikan industri ritel Indonesia sebagai motor penggerak ekonomi rakyat dan jembatan bagi UMKM menuju pasar modern dan global.”
Dukungan Nyata dari Jaringan Ritel Nasional
Corporate Communications General Manager PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart), Rani Wijaya, menegaskan bahwa keberpihakan terhadap UMKM bukan sekadar tanggung jawab sosial, melainkan strategi ketahanan ekonomi bangsa.
“Semakin kuat produk UMKM lokal mendominasi pasar domestik, semakin kecil peluang produk asing menguasai Indonesia. Maka kemitraan ritel dan UMKM sesungguhnya adalah bentuk proteksi ekonomi nasional,” ia menyatakan.
Rani juga menjelaskan bahwa sinergi antara ritel dan UMKM merupakan kemitraan saling menguntungkan (win–win partnership) yang berfokus pada peningkatan daya saing dan pemerataan kesejahteraan.
“ Kami mengapresiasi arah kebijakan pemerintah agar ritel modern bersinergi dengan UMKM. Inilah saatnya kita menyalakan ekonomi Indonesia melalui kemitraan strategis, bukan saling menjatuhkan,” tegasnya.
Sementara itu, Marketing Microeconomics Manager PT Indomarco Prismatama (Indomaret), Faris Huda, menyatakan bahwa pintu ritel modern selalu terbuka bagi UMKM selama produk memenuhi standar pasar.
“ Kami terbuka bagi semua pelaku UMKM, namun tiga hal ini wajib dijaga. Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Itulah yang menentukan keberlanjutan kerja sama di pasar modern,” jelas Faris.
Indomaret memberikan pendampingan kepada calon pemasok UMKM agar memahami aspek penting sebelum masuk pasar modern, seperti kemasan higienis, legalitas usaha, dan kemampuan menjaga pasokan secara stabil.
“ Banyak UMKM berhenti di tengah jalan karena tidak bisa memenuhi konsistensi pasokan. Kami ingin membantu mereka bertahan lebih lama, bukan sekadar masuk sesaat,” tambahnya.
Peran Ritel Lokal sebagai Pendorong UMKM Daerah
Head Administrator Borma Group, FX Yudi, menegaskan bahwa ritel lokal dapat menjadi tulang punggung UMKM di daerah.
“ Borma lahir dari toko kelontong kecil di Bandung. Kami tahu bagaimana rasanya menjadi pelaku UMKM. Karena itu, kami membuka Pojok UMKM Lokal di setiap gerai tanpa biaya tambahan. UMKM bisa memajang produk mereka dan belajar langsung dari sistem ritel modern,” ujarnya.
Yudi memastikan kemitraan berjalan secara proporsional dengan menyesuaikan kapasitas produksi UMKM agar stabil dan tidak terbebani.
“ Kami ingin mereka naik kelas perlahan tapi pasti. Tidak perlu langsung nasional, yang penting bertumbuh berkelanjutan,” tegasnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








