Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

BRIN Dorong Solusi Berbasis Alam untuk Pulihkan Ekosistem Gambut Sumatera Selatan

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

BRIN Dorong Solusi Berbasis Alam untuk Pulihkan Ekosistem Gambut Sumatera Selatan
Foto: (Sumber : BRG fasilitasi pengolahan lahan gambut di Sumsel. ANTARA/Yudi Abdullah.)

Pantau - Peneliti Pusat Riset Ekologi BRIN, Budi H. Narendra, mendorong penerapan solusi berbasis alam (Nature-based Solutions/NbS) untuk memperbaiki ekosistem gambut di Sumatera Selatan.

NbS Dinilai Relevan bagi Pemulihan Gambut Sumsel

Ia menjelaskan bahwa Sumatera Selatan memiliki rawa gambut tropis terbesar di Indonesia dengan luas sekitar 1,2 juta hektare yang tersebar di Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.

Ia mengatakan, “NbS adalah tindakan untuk melindungi, mengelola secara berkelanjutan, dan memulihkan ekosistem alami maupun terdegradasi untuk menjawab tantangan sosial serta memberikan manfaat bagi keanekaragaman hayati”.

Kerentanan ekosistem gambut semakin terlihat setelah kebakaran besar pada 2015 dan 2019 yang melanda lebih dari 600 ribu hektare dan menyebabkan degradasi ekosistem, turunnya keanekaragaman hayati, hilangnya mata pencaharian warga desa gambut, serta meningkatnya emisi karbon.

Budi meyakini NbS sangat relevan bagi gambut Sumsel karena mengandalkan proses alami tanpa memutus relasi ekologis yang telah terbentuk selama ribuan tahun.

Ia menyebut NbS sebagai “pendekatan ilmiah yang tetap menghormati cara alam bekerja” dan terintegrasi dengan kearifan lokal masyarakat gambut.

Ia mengungkapkan, “Keberhasilan restorasi hanya mungkin jika fungsi lindung, konservasi, dan produksi berjalan secara seimbang”.

Empat Strategi NbS untuk Restorasi Gambut

Budi memaparkan empat strategi penerapan NbS di lanskap gambut Sumatera Selatan.

Rewetting dilakukan untuk mengembalikan air ke gambut agar tetap basah, menekan risiko kebakaran, dan memulihkan stabilitas hidrologi.

Rehabilitasi vegetasi dilakukan melalui penanaman jenis asli seperti Shorea balangeran dan Dyera lowii, serta pengembangan paludikultur seperti sagu, purun, dan kopi rawa.

Konservasi keanekaragaman hayati dilakukan melalui pemulihan habitat alami yang mendukung regenerasi fauna rawa termasuk ikan lokal dan burung air migran.

Pemanfaatan berkelanjutan diterapkan melalui integrasi ekologis dan ekonomi.

Ia menegaskan, “NbS menekankan integrasi ekologis dan ekonomi, seperti Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) bernilai tambah, pertanian organik, hingga ekowisata. Pemanfaatan ini dilakukan tanpa mengurangi kapasitas ekosistem untuk pulih, sebuah prinsip dasar keberlanjutan”.

Budi menekankan bahwa keberhasilan restorasi sangat bergantung pada partisipasi masyarakat desa gambut sebagai aktor utama pemulihan.

Ia menyatakan, “Kami meyakini bahwa Sumsel berpotensi menjadi model nasional restorasi gambut tropis melalui NbS bila pendanaan hijau, riset berkelanjutan, dan kolaborasi multipihak terus diperkuat”.

Penulis :
Aditya Yohan