
Pantau - Buah kakao dan sawah padi siap panen milik warga di Huta Nabolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, rusak berat akibat banjir dan tanah longsor yang terjadi sejak 25 November lalu.
Warga Kehilangan Rumah dan Hasil Panen
Asidin Sitompul (62), seorang petani dari Lingkungan IV Huta Nabolon, mengungkapkan bahwa bencana ini terjadi tepat saat musim panen tiba.
"Sekarang itu pak puncaknya musim panen semua kebun buah-buahan maupun sawah padi tapi apa mau dibilang rusak semua karena bencana ini," ungkapnya saat ditemui di lokasi pengungsian pada Minggu.
Asidin mengaku kebingungan karena rumahnya rata dengan tanah akibat diterjang banjir, sementara akses jalan menuju kebun juga rusak total.
Jalan ke lokasi perkebunannya bahkan tidak bisa dilalui dengan berjalan kaki, membuat hasil panen berupa ratusan pohon kakao dan durian di atas lahan empat hektare harus dibiarkan membusuk.
"Selain itu kalau saya usahakan mengangkutnya melintasi bukit, sekitar tiga jam perjalanan juga percuma, harganya hancur rugi tidak sebanding dengan perjuangan mengangkutnya," ia mengungkapkan.
Nasib serupa dialami Keisia (52), warga Lingkungan I Huta Nabolon, yang mengaku sawahnya rusak parah karena tertimbun material banjir.
"Mau apa lagi, rumah hancur sawah rusak kami ini. Ya sekarang simpanan beras yang ada itu digunakan untuk dikonsumsi sendiri bersama para pengungsi lain," ungkap Keisia.
Dampak Bencana dan Akses yang Masih Terputus
Kelurahan Huta Nabolon menjadi salah satu kawasan paling terdampak banjir dan tanah longsor di Kecamatan Tukka, baik dari segi jumlah korban jiwa maupun kerusakan permukiman dan infrastruktur.
Banjir yang membawa balok-balok kayu besar menghantam kawasan ini, dan videonya sempat viral di berbagai platform media sosial dua pekan lalu.
Kerusakan terparah terjadi di Lingkungan IV dan V serta di tiga desa sekitar arah Bukit Sigiring-giring.
Material banjir menghancurkan rumah sekitar 150–200 kepala keluarga di Lingkungan IV.
Jalan utama yang menghubungkan Huta Nabolon ke Tukka terputus total, membuat daerah ini sulit dijangkau bantuan bahkan hingga hari ke-13 masa tanggap darurat.
Menurut pengakuan warga, masih banyak korban yang tertimbun dan belum dijangkau oleh tim SAR gabungan hingga saat ini.
- Penulis :
- Gerry Eka





