Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Insentif Dinilai Penting untuk Dorong Penjualan Mobil di 2026, Industri Otomotif Minta Evaluasi dan Dukungan Strategis

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Insentif Dinilai Penting untuk Dorong Penjualan Mobil di 2026, Industri Otomotif Minta Evaluasi dan Dukungan Strategis
Foto: (Sumber: Salah satu kendaraan, yang diproduksi secara nasional, dipamerkan di Tangerang, Banten (21/11/2025). ANTARA/Muzdaffar Fauzan)

Pantau - Sejumlah pengusaha otomotif di Indonesia menyatakan bahwa kebijakan insentif sangat dibutuhkan untuk memacu penjualan kendaraan pada tahun 2026, terutama di tengah kondisi pasar yang belum sepenuhnya pulih.

Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Jap Ernando Demily, menilai bahwa insentif pernah terbukti efektif dalam mendorong pemulihan pasar otomotif nasional.

Sebagai contoh, ia menyebut bahwa kebijakan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada 2021 mampu meningkatkan penjualan mobil sebesar 66,8 persen dibanding tahun sebelumnya.

Insentif Perlu Berdampak Jangka Panjang

Menurut Ernando, situasi saat ini menunjukkan bahwa pasar masih membutuhkan dukungan agar permintaan terus tumbuh dan stabilitas produksi dalam negeri tetap terjaga.

Ia menyampaikan bahwa kebijakan insentif perlu diarahkan untuk memperkuat industri otomotif dari hulu hingga hilir.

"Kebijakan insentif terutama pada model elektrifikasi yang ada saat ini tentu perlu kita evaluasi bersama ya, terkait bagaimana dampaknya pada market secara keseluruhan. Lebih dari itu, kebijakan yang diluncurkan baiknya tidak hanya berdampak positif pada market tetapi juga industri otomotif secara keseluruhan. Sehingga pertumbuhan demand masyarakat bisa sejalan dengan pertumbuhan industri nasional," ungkap Ernando.

Honda dan Jetour Kompak Dorong Dukungan Langsung ke Konsumen

Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy, menyebut bahwa insentif mampu membantu konsumen dalam mengambil keputusan pembelian, terutama saat kondisi pasar sedang lesu.

"Honda melihat insentif sebagai salah satu faktor yang dapat mendorong permintaan dan mempermudah keputusan pembelian kendaraan. Namun pencapaian volume hingga 1 juta unit tetap perlu dikaji lebih lanjut karena dipengaruhi kondisi ekonomi dan daya beli. Insentif pemerintah dapat membantu menjaga momentum industri saat pasar melemah," jelasnya.

Billy menambahkan bahwa bentuk insentif harus adil untuk semua teknologi kendaraan dan mendukung keberlanjutan ekonomi.

"Apapun bentuk insentifnya, kami yakin pemerintah memiliki kebijakan yang mendukung industri dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, dan apapun bentuk insentifnya kami yakin pemerintah memiliki kebijakan yang baik dan adil atau fair untuk semua teknologi kendaraan yang mendukung industri dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," ujarnya.

Sementara itu, Marketing Director PT Jetour Sales Indonesia, Moch Ranggy Radiansyah, menyatakan bahwa insentif yang langsung menyasar konsumen akan berdampak cepat terhadap peningkatan penjualan.

"Ya, pasti kalau insentif yang impact-nya direct ke konsumen, itu akan ada impact juga ke penjualan secara langsung. Tapi secara general Jetour mendukung gerakan pemerintah terutama yang terkait industri ya," katanya.

Penjualan Turun 10,6 Persen, Pasar Butuh Dorongan

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) pada periode Januari–Oktober 2025 hanya mencapai 634.844 unit.

Angka ini mengalami penurunan 10,6 persen dibanding periode yang sama pada 2024 yang tercatat sebanyak 711.064 unit.

Penurunan tersebut menjadi sinyal perlunya dukungan kebijakan insentif dari pemerintah guna menjaga daya beli dan mendorong pemulihan industri otomotif nasional pada 2026.

Penulis :
Ahmad Yusuf