
Judul: Indef Prediksi Inflasi 2026 Berisiko Naik, BI Diminta Arahkan Kebijakan Moneter Dukung Sektor Riil
Pantau - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) merekomendasikan agar kebijakan moneter tahun 2026 diarahkan untuk mendorong sektor riil, seiring dengan prediksi bahwa inflasi pada triwulan I dan II tahun depan cukup berisiko meningkat, terutama dari sisi pangan.
Meskipun inflasi saat ini masih berada dalam rentang target Bank Indonesia, tren tahun 2025 menunjukkan kecenderungan kenaikan yang menjadi perhatian.
Tren Inflasi Meningkat, Suku Bunga Sulit Turun
Inflasi pada November 2025 tercatat sebesar 2,72 persen (yoy), masih dalam target 2,5±1 persen yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).
Namun, Indef mencatat tren inflasi sepanjang 2025 cenderung meningkat:
Januari 2025: 0,76 persen (yoy)
November 2025: 2,72 persen (yoy)
Tren ini berbanding terbalik dengan inflasi tahun 2024 yang justru menurun, dari 2,57 persen pada Januari menjadi 1,57 persen pada Desember.
Berdasarkan data tersebut, Indef memperkirakan bahwa inflasi 2026 bisa melampaui 3 persen, terutama pada paruh pertama tahun.
"Menurut kami, inflasi tahun depan cukup berisiko, terutama pada triwulan I dan II, sehingga kami berharap instrumen moneter juga punya peran kepada sektor riil, khususnya kalau yang mau disasar adalah inflasi pangan," ujar perwakilan Indef.
Dari sisi kebijakan moneter, Indef menilai bahwa ruang untuk menurunkan suku bunga oleh BI akan semakin terbatas, meskipun secara fiskal masih ada harapan untuk penyesuaian.
"Agak sulit sepertinya suku bunga akan turun lebih jauh lagi di 2026, khususnya triwulan I dan II, karena situasi inflasinya seperti ini," tegas Indef.
Faktor Musiman dan Momentum Lebaran Dorong Inflasi Pangan
Indef juga menyoroti potensi tekanan inflasi dari faktor musiman dan momentum permintaan tinggi.
Curah hujan tinggi di awal tahun diperkirakan mengganggu pasokan dan distribusi pangan.
Lebaran di kuartal I-2026 akan memicu lonjakan permintaan komoditas pangan.
Kedua faktor tersebut diprediksi akan mendorong kenaikan harga, terutama pada sektor makanan dan bahan pokok.
Karena itu, Indef menekankan pentingnya kebijakan moneter yang turut mendukung sektor riil, agar tekanan harga dari sisi pasokan dapat diredam secara struktural.
Bank Indonesia Tetap Yakin Inflasi Terkendali
Di sisi lain, Bank Indonesia menilai bahwa inflasi hingga November 2025 masih dalam kondisi terkendali.
Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, menyatakan bahwa pencapaian inflasi tersebut merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta sinergi pengendalian inflasi antara BI dengan pemerintah pusat dan daerah.
BI tetap optimistis bahwa inflasi akan berada dalam kisaran target 2,5±1 persen pada tahun 2025 dan 2026.
- Penulis :
- Gerry Eka







