
Pantau.com - Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra Fatika mengemukakan pemerintah harus berhati-hati dalam mengelola isu jagung yang sering disebut mengalami produksi yang surplus ini.
"Kementerian Pertanian perlu berhati-hati dalam memproduksi isu surplus jagung," kata Yeka Hendra Fatika ketika menjadi pembicara dalam diskusi "Data Jagung yang Biking Bingung" yang diselenggarakan di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Menurut dia, jagung atau padi biasanya digunakan di lahan yang sama, sehingga biasanya petani dalam satu musim bisa saja menanam padi setelah menanam jagung.
Baca juga: Isu Freeport Kembali Panas, Kabar Pekerja Bakal Dipangkas Juga Muncul
Padahal, ia mengingatkan bahwa angka produksi padi sudah dikoreksi oleh BPS, dengan overestimasi sebesar 43,43 persen, sehingga produksi jagung juga berpotensi mengalami hal yang sama.
"Di jagung, saya haqqul yakin juga terjadi overestimasi. Angka overestimasinya bisa berada di atas padi," paparnya.
Yeka menyoroti bahwa Kementan mencatat surplus jagung sebesar 12,92 juta ton, yang disebabkan adanya luas panen jagung 2018 sekitar 5,3 juta hektare.
Baca juga: Heboh Perundingan Freeport, Jonan: Saya Jadi Menteri, Perundingan Start dari Nol
Maka dengan asumsi 1 hektare memerlukan benih jagung rata-rata sebesar 20 kilogram, maka pada 2018 memerlukan benih jagung sebanyak 106.000 ton benih. Padahal, lanjutnya, kapasitas produksi benih nasional diperkirakan tidak pernah melebihi 60.000 ton benih.
Peneliti Visi Teliti Saksama Nanug Pratomo mengingatkan bahwa kondisi permintaan terhadap jagung masih belum mencapai keseimbangan dengan jagung yang diproduksi.
Baca juga: Ditanya Tiket Pesawat Mahal, JK Malah Sebut Deretan Maskapai yang Bangkrut
Selain itu, ujar dia, disorot pula mengenai persoalan panjangnya rantai distribusi yang menjadi salah satu penyebab mengapa harga jagung fluktuatif.
"Selama jagung belum bisa 'full' memenuhi kebutuhan dalam negeri, impor jagung dibutuhkan, setidaknya dalam jangka pendek," paparnya.
Sedangkan Presidium Agri Watch Dean Novel menyatakan banyak kalangan berulang-ulang mengingatkan tentang karut marut pengeloan pangan khususnya jagung apalagi kebutuhan konsumsi pakan peternak diperkirakan akan terus meningkat. Dean Novel mengusulkan adanya sistem dan mekanisme pertanian yang berkelanjutan.
- Penulis :
- Nani Suherni