
Pantau.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menggodok penyediaan hunian bagi generasi millenial atau generasi Y (yang lahir pada 1980-1990, atau pada awal 2000).
Tapi kabar gembira ini harus sobat Pantau tahan, pasalnya Kemen PUPR harus merampungkan program rumah untuk aparatur sipil negara (ASN).
"Ini akan digodok. Tapi ASN (perumahan ASN) dulu, baru setelah itu kami godok yang millenial," kata Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Khalawi Abdul Hamid.
Baca juga: Ternyata Saham Bir Pemprov DKI Pernah Sentuh Rp8.000 di Zaman Ahok
Khalawi menyebukan mengingat jumlah millenial yang besar yakni mencapai 80 juta orang di Indonesia, maka diakuinya kebutuhan perumahan untuk generasi tersebut sangat mendesak.
"Makanya kami sedang paralel bicarakan dengan teman-teman dan juga asosiasi untuk mencari konsep yang bagus untuk memfasilitasi millenial ini," ujarnya.
Khalawi mengatakan sebagai tahap awal, pemerintah akan melakukan klasterisasi terhadap generasi milenial. Menurut dia, generasi millenial terbagi menjadi beberapa kelompok mulai dari yang baru lulus atau bekerja hingga yang telah berkeluarga.
Baca juga: Mendag Era SBY: Ekonomi RI Harus Tumbuh, Jika Tidak Tua Sebelum Kaya
Generasi millenial yang baru bekerja atau lulus kuliah, misalnya, belum berminat untuk memiliki hunian tetap sehingga konsep rusunawa dengan fasilitas internet penuh tepat diterapkan. Konsep TOD (Transit Oriented Development) juga dinilainya cocok untuk milenial karena dekat dengan akses transportasi.
Sementara millenial yang telah berkeluarga bisa memilih hunian yang dengan masuk ke skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sesuai kemampuan.
"Jadi yang bujangan tinggal di apartemen atau rusun, kalau sudah menikah boleh pindah ke (hunian) subsidi pemerintah. Dia bisa cari sendiri yang tapak atau lainnya," tambahnya.
Baca juga: Lowongan Kerja Tenaga Pendukung Kesehatan Jamaah Haji Resmi Dibuka
Meski kebutuhannya mendesak, Khalawi mengaku belum bisa memastikan implementasi hunian bagi millenial bisa terealisasi dalam waktu dekat.
"Jangan sampai konsepnya asal-asalan nanti, karena yang ditangani banyak, 80 juta. Jadi kita harus buat konsep yang betul-betul aplikatif, bisa diimplementasikan dan 'sustainable' (berkelanjutan)," pungkasnya.
rn- Penulis :
- Nani Suherni