
Pantau.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap kenaikkan harga tiket pesawat sejak Januari 2019 dianggap tak biasa. Pasalnya sumbangsih kenaikkan harga tiket terhadap inflasi sejak Januari 2019 telah mencapai 9 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto mengungkapkan jumlah tersebut mencapai dua kali lipat dibandingkan inflasi akibat kenaikkan harga pada momentum Ramadhan dan Libur Akhir Tahun.
"Fenomena kenaikan harga tiket pesawat mulai Januari 2019 tidak biasa. Biasanya andilnya ke inflasi Ramadhan dan Lebaran sama Desember sumbangannya 2 sampai 4 persen, tapi mulai Januari 2019 andil angkutna udara ke inflasi cukup besar dan pada Mei 2019 sudha capai 9 persen lebih dari dua kali lipat," ungkapnya di Komisi XI, Kompleks DPR RI, Jakarta, Senin (17/6/2019).
Baca juga: Investasi Rp20 Miliar di Lokasi ini Bisa Terima Tax Holiday 50 Persen
Dia menilai, hal ini berdampak sangat signifikan pada beberapa hasil survei, mulai dari jumlah penumpang hingga okupansi hotel mengalami penurunan signifikan.
"Dampaknya penurunan jumlah penumpang angkutan udara pada April turun 28,5 persen dibanding tahun lalu," ungkapnya.
"Sementara okupansi hotel turun signifikan dari 57,4 ke 53,9 jadi dampaknya agak signifikan, saya percaya oemerintah cari jalan terbaik atasi itu," pungkasnya.
Baca juga: Dendam Akses Ekspor Khusus Dicabut, India Balas Naikkan Tarif Impor AS
Sebelumnya, BPS juga telah merilis sektor transportasi menjadi salah satu penyebab inflasi Mei. Inflasi sebesar 0,45 persen dengan andil 0,1 persen. Dengan andil cukup tinggi yakni angkutan antar kota, tarif angkutan udara, kereta api masing-masing 0,02 persen.
"Sesuatu yang wajar. Sebagaimana dikeluhkan tarif mahal. Andil hanya 0,02 persen karena memang sebelumnya sudah mahal," katanya beberapa waktu lalu.
- Penulis :
- Nani Suherni