Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

The Wren’s Nest, Rumah Bersejarah dan Museum Tertua di Atlanta

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

The Wren’s Nest, Rumah Bersejarah dan Museum Tertua di Atlanta
Foto: The Wren’s Nest (wrensnest.org/)

Pantau - The Wren’s Nest terletak di kawasan bersejarah West End, Atlanta. Rumah menawan ini merupakan museum tertua di kota tersebut dan pernah menjadi kediaman Joel Chandler Harris, penulis terkenal di balik kisah Uncle Remus dan Brer Rabbit. Bangunan ini telah ditetapkan sebagai National Historic Landmark dan terus melestarikan warisan Harris melalui seni bertutur.

Keunikan Arsitektur The Wren’s Nest

Dibangun sekitar tahun 1868, The Wren’s Nest merupakan contoh arsitektur era Victoria dengan sentuhan Queen Anne dan Eastlake. Interiornya masih mempertahankan perabotan asli, warna cat khas zaman itu, serta berbagai artefak bersejarah. Elemen-elemen ini menghadirkan suasana abad ke-20 dan menjadikan museum ini seperti kapsul waktu sejak resmi beroperasi pada 1913.

Mengenal Joel Chandler Harris

Joel Chandler Harris lahir pada 1845 di Eatonton, Georgia. Masa kecilnya penuh tantangan, tetapi ia menemukan kecintaannya pada sastra. Saat remaja, ia bekerja di surat kabar The Countryman di Turnwold Plantation, tempat ia pertama kali mengenal tradisi lisan para budak Afrika-Amerika.

Baca juga: Auschwitz, Kamp Konsentrasi yang Kini Menjadi Museum Bersejarah

Kisah-kisah rakyat yang didengarnya di perkebunan itu menginspirasinya untuk menciptakan karakter Uncle Remus, seorang pendongeng yang menceritakan petualangan Brer Rabbit. Pada 1880, Harris menerbitkan Uncle Remus: His Songs and His Sayings, yang kemudian diterjemahkan ke dalam 17 bahasa dan menjadi populer secara global.

Transformasi The Wren’s Nest

Pada 1881, Harris mulai menyewa rumah sederhana di West End, Atlanta, yang kemudian dibelinya dua tahun kemudian. Seiring meningkatnya kesuksesan, ia memperluas bangunan ini dengan bantuan arsitek George P. Humphreys, mengubahnya menjadi rumah bergaya Queen Anne dengan teras besar dan fasilitas modern.

Awalnya, rumah ini bernama Snap Bean Farm, tetapi pada 1895, Harris menggantinya menjadi The Wren’s Nest setelah menemukan sarang burung wren di dalam kotak suratnya. Nama tersebut tetap bertahan hingga kini.

Setelah Harris meninggal pada 1908, berbagai pihak berusaha melestarikan rumahnya. Dengan dukungan Andrew Carnegie dan Presiden Theodore Roosevelt, The Wren’s Nest resmi menjadi museum pada 1913.

Baca juga: Mengenal Tempat Lahir Mozart yang Kini Menjadi Museum Legendaris

Kegiatan dan Program di The Wren’s Nest

Sebagai pusat seni bertutur, museum ini menyelenggarakan berbagai acara, termasuk sesi mendongeng setiap Sabtu, konser Jazz Matters, serta perayaan ulang tahun Harris. Salah satu program unggulannya adalah Wren’s Nest Scribes Program, yang membimbing siswa sekolah menulis dan menerbitkan cerita mereka.

Meskipun kisah-kisah Harris telah menimbulkan perdebatan terkait stereotip rasial, museum ini tetap mempertahankan tradisi mendongeng sebagai bentuk pelestarian budaya. Dukungan dari Georgia Council for the Arts dan National Endowment for the Arts turut membantu kelangsungan program ini.

Berkunjung ke The Wren’s Nest

Museum ini buka setiap Sabtu dari pukul 11.00 hingga 15.00. Tiket masuk seharga:

  • Dewasa: $14
  • Pelajar & Lansia: $12
  • Anak-anak (3–10 tahun): $10

Tur rumah bersejarah diadakan empat kali sehari dengan durasi 30–45 menit. Pengunjung dapat menjelajahi ruang-ruang asli keluarga Harris serta amfiteater berkapasitas 800 orang yang sering digunakan untuk pertunjukan seni.

Tersedia area parkir gratis dengan kapasitas terbatas. Museum ini juga dapat diakses melalui MARTA, mobil, atau jalur Atlanta BeltLine Westside Trail.

Baca juga: Führermuseum, Museum Impian Hitler yang Tidak Pernah Terwujud

The Wren’s Nest bukan sekadar museum, tetapi juga pusat budaya yang merayakan warisan sastra dan tradisi lisan. Dengan berbagai program edukatif dan hiburan, tempat ini layak dikunjungi bagi siapa saja yang ingin mengenal sejarah Atlanta dan seni bertutur lebih dalam.

Penulis :
Latisha Asharani