Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

Astoria "Little Greece", Jejak Budaya Yunani di Jantung New York

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Astoria "Little Greece", Jejak Budaya Yunani di Jantung New York
Foto: Astoria "Little Greece" di New York (thetravel.com/)

Pantau - Sejak tahun 1960-an, Astoria telah menjadi pusat kebudayaan Yunani di New York. Restoran, toko roti, barbershop, dan penggunaan bahasa Yunani mendominasi kawasan ini. Meskipun kini semakin beragam secara etnis, identitas Yunani tetap melekat, menjadikannya sebagai "Little Greece" di kota metropolitan ini.

@consumingcouple A little Greek Food Crawl in Astoria, Queens! 🇬🇷 Stopping at Agnanti, Telly’s Taverna, King Souvlaki and Gold n Honey. Plenty more spots to try in Astoria, so please feel free to comment your reccs for when we do our full guide! This was a fun afternoon tho! #newyorkcityeats #nycrestaurants #greekfood #astoriaqueens ♬ original sound - Consuming Couple

Pada awal abad ke-20, kondisi ekonomi Yunani yang sulit mendorong banyak pemuda mencari nafkah di luar negeri. New York menjadi tujuan utama, dengan sebagian besar imigran awal menetap di Manhattan. Dalam tiga dekade berikutnya, banyak dari mereka memilih menetap di Amerika, membangun bisnis, dan membawa serta keluarga mereka.

Pada 1920-an, kebijakan imigrasi Amerika Serikat diperketat, memperlambat arus masuk imigran Yunani. Namun, pada 1960-an, kebijakan ini kembali dilonggarkan, memicu gelombang imigrasi baru. Banyak warga Yunani di New York mulai berpindah dari Manhattan ke Astoria, yang lebih mirip dengan kampung halaman mereka di Eropa. Perlahan, kawasan ini berubah menjadi pusat komunitas Yunani di kota ini.

Baca juga: 9 Destinasi Wisata Terbaik di Yunani yang Wajib Dikunjungi

Masa Keemasan di Era 1970-1980

Dalam dua dekade berikutnya, Astoria berkembang menjadi surga bagi budaya Yunani. Warga mendirikan restoran, bar, toko roti, dan sekolah dengan bahasa Yunani sebagai bahasa utama. Sensus tahun 1980 mencatat populasi Yunani di kawasan ini mencapai 22.579 jiwa.

Namun, pada 1980-an, kebijakan imigrasi kembali diperketat, sementara kondisi ekonomi di Yunani mulai membaik. Akibatnya, jumlah imigran Yunani yang datang ke New York berkurang. Selain itu, sebagian warga Yunani yang lebih mapan memilih pindah ke kawasan lain, menyebabkan penurunan jumlah penduduk Yunani di Astoria menjadi 18.127 jiwa pada sensus 1990.

Little Greece di Abad ke-21

Meskipun mengalami perubahan demografi, Astoria tetap menjadi salah satu pusat komunitas diaspora Yunani terbesar di dunia. Hingga kini, warna biru-putih khas bendera Yunani masih menghiasi dinding restoran, firma hukum, toko roti, dan pusat kesehatan di kawasan ini. Bahasa Yunani juga masih digunakan, meski tidak seintens dahulu.

Gereja Ortodoks Yunani dan sekolah-sekolah setempat berusaha menjaga bahasa dan budaya Yunani tetap hidup. Namun, kawasan ini semakin beragam dengan hadirnya komunitas dari Timur Tengah, Eropa Timur, Rusia, China, dan Amerika Latin. Tidak semua warga Yunani menyambut baik perubahan ini, karena mereka khawatir akan hilangnya identitas budaya kawasan tersebut.

Bisnis multinasional mulai merambah Astoria, mengancam dominasi usaha lokal. Selain restoran Yunani, kini hadir pula restoran China, Meksiko, dan jaringan makanan cepat saji global. Kehadiran perusahaan besar seperti Amazon, yang menawarkan 25.000 lapangan pekerjaan, berpotensi meningkatkan lalu lintas bisnis, tetapi juga dapat memicu lonjakan harga sewa yang mengancam keberlangsungan usaha kecil.

Baca juga: Hellenic Museum, Perpaduan Sejarah dan Budaya Yunani di Melbourne

Ancaman gentrifikasi semakin nyata. Saat ini, Astoria merupakan kawasan multikultural yang kaya akan kuliner dan budaya. Namun, dengan masuknya perusahaan besar, ada kekhawatiran bahwa pemilik properti akan lebih memilih menyewakan tempatnya kepada jaringan ritel global seperti Starbucks. Fenomena ini bahkan sudah mulai terjadi, dengan beberapa bisnis lokal terpaksa tutup akibat tekanan ekonomi.

Astoria tetap menjadi destinasi menarik bagi pencinta budaya dan kuliner. Namun, seiring perubahan zaman, apakah "Little Greece" akan tetap bertahan, atau perlahan kehilangan identitas aslinya? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Penulis :
Latisha Asharani