
Pantau - Sebuah video yang menampilkan sejumlah tentara TNI berdiri di sekitar objek besar menyerupai rudal viral di media sosial Facebook dan mengklaim bahwa objek tersebut adalah rudal buatan Indonesia, versi R-HAN 122B.
Video tersebut menyebut bahwa R-HAN 122B memiliki jangkauan 15 hingga 30 kilometer dan merupakan hasil pengembangan konsorsium nasional yang terdiri dari PT Pindad, LAPAN, PT Dahana, dan TNI Angkatan Darat, dengan 90 persen komponennya diproduksi di dalam negeri.
Dalam narasinya, video menyatakan: "R-HAN adalah langkah besar menuju kemandirian militer Indonesia. Meskipun belum sekuat rudal jarak jauh milik negara besar, ini bukti kalau Indonesia bisa bikin rudal sendiri."
Video Dipastikan Hasil AI, Bukan Dokumentasi Nyata
Setelah dilakukan penelusuran, diketahui bahwa video yang beredar bukan merupakan dokumentasi asli, melainkan konten hasil rekayasa kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau deepfake.
Verifikasi oleh Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA menggunakan Hive Moderation AI Detector menunjukkan bahwa video tersebut terdeteksi sebagai buatan AI dengan tingkat keyakinan sebesar 99,9 persen.
Visual dalam video tersebut sangat mirip dengan unggahan dari kanal YouTube WarZoneAI yang berjudul "Game Changer: Indonesia Reveals Long-Range ICBM Technology!"
Kanal WarZoneAI diketahui rutin memproduksi dan menyebarkan konten militer hasil rekayasa digital, termasuk gambar dan video yang tidak berbasis fakta.
Fakta: R-HAN 122B Memang Ada, Tapi Bukan Seperti dalam Video
Meskipun video yang beredar adalah palsu, informasi tentang keberadaan rudal R-HAN 122B bukan sepenuhnya tidak benar.
R-HAN 122B merupakan bagian dari proyek pengembangan roket pertahanan nasional Indonesia dan telah dikembangkan oleh konsorsium nasional yang terdiri dari PT Pindad, LAPAN, PT Dahana, dan TNI AD.
Rudal ini menggunakan bahan bakar padat dan terus dikembangkan untuk meningkatkan jangkauan dan akurasinya, namun belum mencapai tahap pengembangan seperti yang ditampilkan dalam video.
Dengan demikian, masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya pada konten viral yang tidak disertai sumber resmi dan verifikasi fakta, serta tetap kritis terhadap penggunaan teknologi manipulatif seperti AI dalam penyebaran informasi.
- Penulis :
- Aditya Yohan










