
Pantau - Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di "Alun-Alun Sandera" (Hostage Square) di Tel Aviv, Israel, pada Sabtu, 2 Agustus 2025, untuk menuntut pemerintah Israel segera menyepakati gencatan senjata demi memulangkan para sandera yang masih ditahan Hamas dan kelompok militan lainnya di Gaza.
Aksi tersebut dipicu oleh video terbaru yang dirilis Hamas dan Jihad Islam Palestina yang memperlihatkan dua sandera asal Israel, Evyatar David dan Rom Braslavski, dalam kondisi lemah dan memprihatinkan.
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang sebagai penggerak utama aksi menyerukan kepada pemerintah Israel dan Amerika Serikat untuk "menghentikan mimpi buruk ini dan membawa mereka keluar dari petaka dan pulang".
Utusan Khusus AS Kunjungi Lokasi Aksi dan Keluarga Sandera
Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, turut hadir dalam aksi protes ini, sehari setelah kunjungannya ke lokasi distribusi bantuan yang didukung AS di Gaza.
Witkoff melakukan kunjungan ke wilayah tersebut sejak Kamis, 31 Juli 2025, di tengah sorotan tajam terhadap mekanisme distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza.
Menurut Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) yang terafiliasi dengan PBB, Gaza kini menghadapi bencana kelaparan yang sangat serius.
Dalam pertemuan dengan keluarga sandera, Witkoff menyampaikan bahwa pendekatan negosiasi saat ini harus berubah dari strategi bertahap menjadi kesepakatan menyeluruh agar semua sandera bisa dibebaskan sekaligus.
Witkoff sebelumnya menarik delegasi AS dari perundingan gencatan senjata di Qatar dengan alasan bahwa Hamas tidak bernegosiasi secara jujur.
Forum Keluarga Sandera menyampaikan bahwa Witkoff memberikan komitmen AS untuk "membawa anak-anak Anda pulang", serta menuntut pertanggungjawaban Hamas atas "perbuatan buruk apa pun" dan mendorong penyelesaian kemanusiaan bagi rakyat Gaza.
Kelaparan Massal dan Respons Presiden AS
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Gaza sedang mengalami "bencana kelaparan yang nyata" dan mengumumkan rencana pendirian pusat distribusi makanan baru yang akan diawasi langsung oleh Israel.
Namun, pernyataan tersebut diragukan oleh sejumlah analis dan warga Palestina, yang menilai langkah itu sebagai manuver politik untuk meredam tekanan internasional terhadap AS dan Israel.
Sejak Israel melancarkan perang besar-besaran di Gaza pada 7 Oktober 2023, lebih dari 60.000 orang telah tewas dan lebih dari 148.000 lainnya terluka.
Otoritas kesehatan di Gaza melaporkan bahwa hingga Sabtu, 169 orang — termasuk 93 anak-anak — meninggal akibat kelaparan dan malanutrisi.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf