
Pantau - Kebiasaan banyak warga Amerika memulai hari dengan secangkir kopi kini terancam lebih mahal akibat gelombang tarif baru terhadap impor kopi, khususnya dari Brasil, yang merupakan produsen kopi utama dunia.
Pada Juli 2025, harga kopi di Amerika Serikat naik 14,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan harga eceran rata-rata satu pon kopi bubuk mencapai 8,41 dolar AS.
Kenaikan ini terjadi bahkan sebelum penerapan tarif impor sebesar 50 persen terhadap kopi dari Brasil diberlakukan oleh pemerintah AS.
Tarif Picu Kekhawatiran Pelaku Usaha, dari Raksasa Industri hingga UMKM
Dan Hunnewell, pendiri Coffee Bros, memperingatkan bahwa tarif sebesar itu kemungkinan besar akan membuat kopi Brasil tersingkir dari pasar AS.
"Ini tidak berkelanjutan", ujarnya, sambil menyebut bahwa tarif tersebut akan menyulitkan industri, terutama usaha kecil.
Coffee Bros telah membuat petisi daring yang meminta agar kopi dikecualikan dari kebijakan tarif, karena dinilai "mencekik perdagangan global."
Pemerintah AS beralasan bahwa tarif bertujuan mendorong produksi dalam negeri, namun secara realitas, kopi tidak dapat diproduksi dalam skala besar di AS.
Gabungan produksi kopi dari Hawaii dan Puerto Riko hanya menyumbang kurang dari 1 persen dari konsumsi nasional.
Sementara itu, AS mengonsumsi lebih dari 1,36 miliar kilogram kopi setiap tahun, menjadikannya pasar kopi terbesar di dunia.
Dampak Tarif Menyentuh Seluruh Rantai Industri Kopi
Dampak kebijakan tarif dirasakan di seluruh lini industri, mulai dari perusahaan raksasa seperti Starbucks dan J.M. Smucker, hingga pelaku usaha kecil.
Starbucks diperkirakan akan mengalami kenaikan biaya tahunan sebesar 3,5 persen pada divisi kopi kemasan dan minuman siap saji, meskipun berkomitmen untuk menahan harga hingga akhir tahun fiskal 2025.
J.M. Smucker, pemilik merek Folgers dan Café Bustelo, telah menaikkan harga beberapa kali sejak Oktober 2024 dan berencana menaikkan harga untuk keempat kalinya tahun ini.
Kenaikan ini didorong oleh lonjakan biaya kopi hijau dan tarif terhadap impor dari Brasil dan Vietnam.
Tucker Marshall, Direktur Keuangan J.M. Smucker, menjelaskan bahwa kopi hijau merupakan bahan baku yang tidak tersedia secara lokal, sehingga harus diimpor.
Konsistensi Rasa Jadi Taruhan, Konsumen Bisa Berpaling
Bagi pelaku industri, salah satu tantangan terbesar dari krisis ini adalah menjaga konsistensi cita rasa.
Pelanggan telah terbiasa dengan profil rasa tertentu, terutama dari kopi Brasil.
Penggantian bahan baku dinilai berisiko karena perubahan kecil dalam rasa dapat berdampak besar pada loyalitas pelanggan.
Michael J. Nugent dari MJ Nugent & Co. menyebut bahwa mengganti campuran rasa secara tiba-tiba bisa menyebabkan kehilangan basis konsumen.
Tarif Tak Hanya Pengaruhi Kopi, Usaha Kecil Juga Terjepit
Hunnewell juga mengungkap bahwa tarif tidak hanya memengaruhi impor kopi, tetapi juga bahan kemasan yang banyak dipasok dari China.
Meski memesan dari perusahaan lokal, bahan baku kemasan tetap berasal dari China, sehingga tetap terdampak tarif.
Hunnewell menilai pemerintah bertindak terlalu cepat dan kurang memahami kompleksitas rantai pasok industri.
Ia menambahkan bahwa ribuan usaha kecil di sektor kopi, teh, cokelat, dan makanan ringan lainnya tidak memiliki kemampuan untuk memindahkan operasional ke dalam negeri.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Aditya Yohan