
Pantau - TNI menegaskan bahwa rencana pembelian pesawat tempur J-10 buatan China tidak akan mengganggu hubungan kerja sama militer Indonesia dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat.
Penegasan ini disampaikan oleh Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah, menanggapi sinyal positif dari Kementerian Pertahanan terkait rencana akuisisi tersebut.
TNI Tetap Jalin Hubungan Proporsional dengan Mitra Strategis
"Adapun mengenai hubungan militer Indonesia dengan Amerika Serikat, TNI tetap menjalankan kerja sama pertahanan dengan seluruh mitra strategis secara baik, menjaga hubungan dengan keduanya secara proporsional," ujar Freddy.
Ia menegaskan bahwa Indonesia menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif, yang memungkinkan hubungan militer dijalin dengan negara mana pun secara seimbang.
"Prinsip bebas aktif itu yang membuat TNI dapat menjalin hubungan militer dengan negara-negara manapun, termasuk Amerika Serikat," tambahnya.
TNI disebut telah menjalin berbagai bentuk kerja sama internasional seperti latihan bersama, pertukaran personel untuk pendidikan, hingga pertukaran teknologi alat utama sistem senjata (alutsista).
Menurut Freddy, TNI akan terus menjaga hubungan baik dengan negara mitra dalam rangka menciptakan stabilitas dan kondusivitas keamanan di kawasan.
Pengadaan J-10 Masih Dalam Proses Pengkajian TNI AU
Freddy menekankan bahwa pengadaan pesawat tempur J-10 Chengdu merupakan wewenang penuh dari Kementerian Pertahanan (Kemhan).
"Akuisisi pesawat tempur J-10 Chengdu merupakan bagian dari kebijakan pertahanan yang berada di bawah kewenangan dan tanggung jawab Kemhan," tegasnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan bahwa pesawat tempur J-10 buatan China "sebentar lagi terbang di Jakarta", meski belum menyebutkan waktu pastinya.
Sebelumnya, Kepala Biro Informasi Pertahanan Setjen Kemhan, Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang, menjelaskan bahwa jet tempur tersebut masih dalam tahap pengkajian oleh TNI AU.
"Sementara untuk yang J-10 itu memang menjadi pengkajian TNI AU, kita ingin platform-platform alutsista yang terbaik," jelas Frega.
Ia menambahkan, proses pengkajian diperlukan untuk memastikan kesesuaian pesawat dengan kebutuhan pertahanan udara nasional, dan hingga kini belum ada pembahasan terkait nilai anggaran yang akan digunakan untuk pembelian.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti