billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Rencana Trump Relokasi Warga Gaza dengan Token Digital dan Insentif Tunai Tuai Kontroversi

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Rencana Trump Relokasi Warga Gaza dengan Token Digital dan Insentif Tunai Tuai Kontroversi
Foto: (Sumber: Warga Palestina mengungsi ke jalur Gaza Selatan di Kota Gaza, Jumat (22/8/2025). Pasukan Israel mengepung Kota Gaza selama sekitar dua minggu dari berbagai arah. ANTARA FOTO/Xinhua/Rizek Abdeljawad/rwa.)

Pantau - Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump merancang rencana pascaperang Gaza yang mencakup relokasi "sukarela" warga Palestina dari Jalur Gaza dengan imbalan token digital, insentif tunai, serta subsidi makanan dan sewa, menurut laporan eksklusif The Washington Post pada Minggu, 31 Agustus 2025.

Relokasi Sukarela dan Insentif Finansial

Rencana sepanjang 38 halaman tersebut mengusulkan relokasi sementara lebih dari dua juta penduduk Gaza, baik melalui keberangkatan ke negara lain maupun ke zona aman di dalam wilayah Gaza selama masa rekonstruksi.

Pemilik tanah akan ditawari token digital sebagai kompensasi atas relokasi mereka.

Token ini dapat ditukar dengan hak pembangunan kembali, opsi migrasi ke luar negeri, atau unit apartemen di enam hingga delapan kota pintar berbasis AI yang dirancang untuk dibangun di wilayah Gaza.

Bagi warga yang bersedia keluar dari Gaza, akan diberikan:

  • Uang tunai sebesar 5.000 dolar AS (sekitar Rp82,3 juta)
  • Subsidi sewa selama empat tahun
  • Bantuan pangan selama satu tahun

Rencana ini memperkirakan bahwa relokasi tiap warga akan menghemat sekitar 23.000 dolar AS (sekitar Rp378,7 juta) bagi lembaga pengelola, dibandingkan biaya layanan publik jika mereka tetap tinggal.

Skema ini diberi nama Gaza Reconstitution, Economic Acceleration, and Transformation (GREAT) Trust, dan disusun oleh pihak-pihak dari Israel, Amerika Serikat, serta Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung Israel.

Boston Consulting Group juga disebut terlibat dalam perencanaan finansial, meskipun kemudian menyatakan bahwa keterlibatan tersebut belum disetujui secara resmi, dan dua mitra senior mereka telah diberhentikan.

“Gaza Trump Riviera” dan Potensi Investasi Raksasa

Dalam dokumen tersebut, digambarkan proyek ambisius yang disebut “Gaza Trump Riviera”, mencakup resor mewah, pulau buatan, dan kota pintar berbasis AI.

Kompleks ini akan dilengkapi dengan apartemen seluas 1.800 kaki persegi seharga 75.000 dolar AS (sekitar Rp1,2 miliar), area komersial, pabrik kendaraan listrik, pusat data, sekolah, rumah sakit, dan ruang terbuka hijau.

Trump dikabarkan telah membahas rencana ini dalam pertemuan bersama Menteri Luar Negeri Marco Rubio, utusan Steve Witkoff, mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, serta menantunya Jared Kushner, namun belum ada keputusan resmi yang diumumkan.

Proyeksi keuangan menyebutkan bahwa investasi sebesar 100 miliar dolar AS (sekitar Rp1.646,8 triliun) dapat berlipat hampir empat kali dalam satu dekade melalui pendapatan mandiri, tanpa memerlukan dana dari pemerintah AS.

TRUST Gantikan Pemerintahan Gaza dan Kritik Hukum Internasional

Dalam skema tersebut, Israel disebut akan menyerahkan wewenang administratif atas Gaza kepada GREAT Trust berdasarkan perjanjian bilateral dengan Amerika Serikat.

Trust ini akan mengelola Gaza selama 10 tahun sebelum menyerahkan kendali kepada entitas Palestina masa depan yang "direformasi dan dideradikalisasi".

Entitas tersebut tidak disebut sebagai negara Palestina, namun dirancang untuk bergabung dengan Abraham Accords—perjanjian normalisasi antara Israel dan sejumlah negara Arab.

Profesor hukum dari Rutgers, Adil Haque, mengingatkan bahwa relokasi paksa, kegagalan menyediakan kebutuhan dasar, atau pencegahan warga Palestina kembali ke rumah mereka tetap melanggar hukum internasional.

"Terlepas dari imbalan tunai yang ditawarkan," ujarnya, tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan secara hukum.

Dalam wawancara dengan Fox News pada Februari lalu, Trump membela idenya untuk "memiliki" dan membangun kembali Gaza, yang pertama kali ia sampaikan saat kunjungan PM Israel Benjamin Netanyahu ke Gedung Putih.

“Kami akan membangun komunitas indah untuk 1,9 juta orang… komunitas yang aman sedikit jauh dari tempat mereka sekarang, di mana semua bahaya itu berada,” kata Trump.

Saat ditanya apakah warga Palestina akan diizinkan kembali ke rumah mereka, Trump menjawab: “Tidak, mereka tidak akan kembali karena mereka akan mendapat hunian yang jauh lebih baik, jauh lebih baik.”

Artikel ini bersumber dari Anadolu, diterjemahkan oleh Kuntum Khaira Riswan dan diedit oleh Primayanti.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti