
Pantau - Indonesia menegaskan komitmennya terhadap kebijakan hilirisasi mineral dan percepatan transisi menuju energi bersih sebagai upaya mendorong dekarbonisasi global serta meningkatkan kesejahteraan nasional.
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menyampaikan hal tersebut dalam video sambutan pembukaan hari kedua Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025 yang digelar di Jakarta.
Melalui kebijakan hilirisasi, pemerintah menciptakan nilai tambah dari batu bara, membangun industri nasional, mengembangkan keterampilan tenaga kerja, serta mendorong inovasi demi pertumbuhan ekonomi regional dan pemberdayaan masyarakat.
Transisi Energi Harus Adil dan Inklusif
Sugiono menekankan bahwa meningkatnya permintaan terhadap mineral penting merupakan peluang sekaligus tanggung jawab besar bagi negara berkembang seperti Indonesia.
"Pertanyaannya bukanlah apakah kita bertindak, tetapi bagaimana kita bertindak, untuk memastikan bahwa transisi energi kita adil, inklusif, dan berkelanjutan," ungkapnya.
Indonesia telah memulai serangkaian proyek strategis untuk mempercepat target emisi nol bersih yang dijadwalkan mulai diterapkan pada tahun 2026.
Salah satu proyek utama adalah pembangunan 80 ribu pembangkit listrik tenaga surya di seluruh desa di Indonesia.
Proyek tersebut ditargetkan mampu menghasilkan hingga 100 gigawatt listrik berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Diversifikasi Energi: Dari Tenaga Surya hingga Biogas
Selain tenaga surya, pemerintah juga mengganti pembangkit listrik berbahan bakar fosil dengan energi dari gas alam dan tenaga air.
Langkah ini sejalan dengan strategi jangka panjang untuk mengurangi emisi karbon sektor energi.
Indonesia juga memperluas penggunaan biofuel dan biogas sebagai alternatif bahan bakar fosil demi mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional.
Komitmen ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara berkembang yang aktif mengambil peran dalam agenda global menuju keberlanjutan.
- Penulis :
- Aditya Yohan