
Pantau - Injourney Tourism Development Corporation (ITDC) menerapkan prinsip ekonomi sirkuler dalam penanganan sampah selama ajang MotoGP Indonesia 2025 di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat, melalui program integrated food surplus.
Destination Research dan ESG Division Head ITDC, Rannie Kamil, menjelaskan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari komitmen ITDC terhadap praktik berkelanjutan dalam setiap penyelenggaraan event internasional.
“Sebagai bagian dari komitmen terhadap praktik berkelanjutan dalam setiap penyelenggaraan event internasional, kami menerapkan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola berbasis ekonomi sirkuler,” ujarnya di Lombok Tengah, Jumat (10/10/2025).
Pengelolaan Makanan Berlebih untuk Komunitas Lokal
Program food surplus management atau pengelolaan makanan berlebih berbasis ekonomi sirkuler ini bertujuan mengelola kelebihan pangan, mengurangi sampah makanan, serta meminimalkan jejak karbon dari aktivitas konsumsi selama perhelatan MotoGP berlangsung.
Rannie menjelaskan bahwa program ini dibagi menjadi dua kategori utama.
Kategori pertama adalah makanan berlebih yang masih layak konsumsi. Makanan ini dikumpulkan dan didistribusikan pada hari yang sama kepada relawan dan masyarakat sekitar, termasuk kelompok anak-anak pengajian di kawasan The Mandalika.
“Program ini berhasil mengemas kelebihan makanan menjadi 1000 kotak makanan ukuran 500ml atau setara dengan 500 gram yang berisi makanan higienis dan layak konsumsi,” jelas Rannie.
Langkah tersebut tidak hanya mengurangi pemborosan makanan, tetapi juga memberikan manfaat sosial langsung bagi komunitas lokal.
“Secara langsung program ini mendukung pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” ujarnya.
Limbah Makanan Diolah Jadi Kompos dan Pakan Ternak
Kategori kedua mencakup food waste atau limbah makanan yang sudah tidak layak konsumsi. Limbah tersebut diolah kembali menjadi kompos agar tetap memberikan manfaat lingkungan.
Melalui kerja sama dengan komunitas lokal binaan ITDC, Look Up Agro, sebanyak 4,71 ton sampah makanan berhasil dikumpulkan dan kini sedang dalam proses sortasi.
“Sampah makanan ini diolah menggunakan metode bio-konversi dengan larva Black Soldier Fly (BSF) dan juga dijadikan kompos secara lokal dan berkelanjutan,” terang Rannie.
Metode ini terbukti efektif dalam mengurangi volume sampah sekaligus menghasilkan produk bernilai seperti pakan ternak dari maggot dan pupuk organik dari kompos.
“Nantinya maggot ini akan dimanfaatkan kembali oleh komunitas Look Up Agro, sedangkan hasil kompos digunakan untuk mendukung program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Integrated Farming System ITDC, yang ditujukan kepada para petani binaan di kawasan The Mandalika,” tambahnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Ahmad Yusuf