
Pantau - Pemerintah Palestina menuduh Israel telah menghancurkan lebih dari 90 persen aset pertanian di Jalur Gaza selama dua tahun terakhir, menyebabkan kerugian besar bagi ribuan petani dan mengancam ketahanan pangan nasional.
Krisis Pertanian di Gaza dan Tepi Barat
Menteri Pertanian Palestina, Rezq Salimia, dalam konferensi pers di Ramallah pada Selasa, 21 Oktober 2025, menyatakan bahwa sektor pertanian Palestina sedang menghadapi "transformasi besar dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya", ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa kehancuran tersebut merupakan akibat dari pelanggaran sistematis Israel yang menyasar tanah, air, rakyat, dan identitas nasional Palestina.
"Perang genosida (oleh Israel) di Jalur Gaza menyebabkan kehancuran luar biasa, melebihi 90 persen sumber daya dan aset pertanian, termasuk sumur irigasi, rumah kaca, dan fasilitas pertanian," katanya.
Selain Gaza, sebanyak 5.353 petani di wilayah Tepi Barat juga mengalami kerugian sejak awal tahun 2025 akibat pembatasan dan tindakan agresif yang dilakukan oleh otoritas Israel.
Di Tepi Barat, Israel disebut menguasai lebih dari 60 persen wilayah, yang menyebabkan hambatan terhadap proyek pembangunan, kegagalan reklamasi dan rehabilitasi lahan, serta pengekangan perluasan lahan pertanian.
Menurut Salimia, jika wilayah-wilayah tersebut bisa diakses oleh Palestina, maka nilai ekonomi yang bisa diperoleh lebih dari 3 miliar dolar AS (sekitar Rp49,8 triliun) dan bisa menciptakan setidaknya 200.000 lapangan pekerjaan.
"Ini berarti kami bisa tidak lagi bergantung pada seluruh bantuan asing jika kami diizinkan berinvestasi di tanah-tanah tersebut," tegasnya.
Kerugian Meningkat, Petani Kehilangan Akses Lahan
Sejak awal tahun 2025 hingga pertengahan Oktober, jumlah petani yang terdampak meningkat 17 persen dibanding tahun sebelumnya.
Total kerugian sektor pertanian diperkirakan melebihi 70,3 juta dolar AS (sekitar Rp1,16 triliun).
Kerugian tersebut meliputi pembakaran dan pencabutan pohon, penghancuran infrastruktur pertanian, pembunuhan dan pencurian ternak, perampasan puluhan ribu dunam lahan, serta pelarangan petani mengakses lahannya sendiri.
Sementara itu, pemukim Israel disebut dibiarkan menggembala secara sistematis di atas lahan yang dirampas dari petani Palestina.
Sejak Oktober 2024, Kementerian Pertanian Palestina telah mencatat penghancuran lebih dari 15.000 pohon zaitun oleh otoritas atau pemukim Israel.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sejak serangan Israel dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 68.200 warga Palestina tewas dan lebih dari 170.300 lainnya terluka.
Sedangkan di wilayah pendudukan Tepi Barat, pada periode yang sama, sedikitnya 1.056 warga Palestina terbunuh, sekitar 10.300 orang terluka, dan lebih dari 20.000 orang ditahan, termasuk 1.600 anak-anak.
- Penulis :
- Aditya Yohan