
Pantau - Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, menerima kunjungan Menteri Wakaf Suriah, Syaikh Muhammad Abu Khoiri Syukri, beserta rombongan ulama Syam di Masjid Istiqlal, Jakarta, dalam rangka memperkuat kerja sama pendidikan ulama dan pengembangan wakaf antara Indonesia dan Suriah.
Pertemuan yang berlangsung hangat ini membahas pentingnya kesinambungan kaderisasi ulama serta sinergi keilmuan antara dua negara muslim yang memiliki sejarah panjang dalam hubungan keagamaan.
“Indonesia membutuhkan kesinambungan kader ulama. Tradisi keilmuan Syam adalah rujukan Islam dunia, dan hubungan ulama Nusantara dengan Syam telah terjalin sejak lama,” ujar Nasaruddin.
Masjid Istiqlal Jadi Sentra Kaderisasi Ulama, Suriah Ajak Kolaborasi Pascakonflik
Dalam kesempatan tersebut, Menag menyampaikan bahwa Masjid Istiqlal kini telah menjadi pusat pembinaan kader ulama dan telah menjalankan program pendidikan sejak masa pandemi Covid-19.
Lebih dari 800 ulama Indonesia wafat selama pandemi, sehingga kebutuhan akan kaderisasi ulama menjadi sangat penting.
“Kita ingin memperkuat sanad keilmuan, spiritualitas, dengan menciptakan ulama baru sebagai representatif ulama yang relevan untuk zaman modern,” ungkap Nasaruddin.
Menteri Wakaf Suriah menyampaikan apresiasi atas sambutan Kementerian Agama dan masyarakat Indonesia, serta mengapresiasi stabilitas dan harmoni umat Islam di Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa Suriah saat ini tengah memasuki masa pembangunan kembali setelah konflik berkepanjangan dan membuka ruang kolaborasi dengan negara sahabat, termasuk Indonesia.
“Indonesia dikenal dengan akhlak. Suriah dikenal dengan kedalaman ilmu. Bila akhlak dan ilmu bertemu, dunia Islam akan mendapat manfaat besar,” ujarnya.
Fokus Kolaborasi: Pendidikan, Wakaf, Bahasa Arab, dan Keteladanan Akhlak
Pertemuan kedua pihak menghasilkan kesepakatan awal sembilan prioritas kolaborasi strategis Indonesia–Suriah, yaitu:
- Pengiriman mahasiswa Indonesia ke Suriah dan sebaliknya;
- Pengiriman pengajar bahasa Arab dari Suriah ke Indonesia;
- Pertukaran pendaftaran perguruan tinggi kedua negara;
- Pertukaran dosen dua arah;
- Kolaborasi riset di bidang keagamaan dan sains;
- Penguatan zakat dan wakaf produktif untuk pemberdayaan ekonomi umat;
- Program pemberdayaan perempuan berbasis pendidikan Islam;
- Pengkajian isu fikih kontemporer;
Penyusunan deklarasi kemitraan pendidikan dan peradaban Islam Indonesia–Suriah untuk generasi muda.
“Dengan ini, kami seluruh yang hadir disini baik dari Kemenag ataupun Istiqlal siap menindaklanjuti kerja sama yang bisa dilakukan antara kedua belah pihak,” tegas Menag.
Ulama Syam, Muhammad Rajab Dieb, dalam forum tersebut menegaskan pentingnya keseimbangan antara keluasan ilmu dan kemurnian jiwa.
“Ulama bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga pembawa cahaya dan teladan. Dengan begitu, ketika kita menyampaikan kebaikan agama akan mudah didengarkan,” ujarnya.
Syaikh Abu Khoiri juga menekankan pentingnya ta'awun atau kerja sama dalam kebaikan antarnegara Muslim sebagai bagian dari membangun peradaban Islam yang damai dan adil.
Menutup pertemuan, Nasaruddin menegaskan komitmen Indonesia dalam memperkuat diplomasi keagamaan sebagai jembatan perdamaian dan peradaban global.
“Semoga sinergi ini membawa keberkahan bagi umat Islam di seluruh dunia,” tutupnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan









