
Pantau - Pemerintah Rusia menegaskan tetap mematuhi larangan uji coba senjata nuklir, namun membuka kemungkinan untuk melakukannya kembali jika negara lain terlebih dahulu memulai uji coba.
Tanggapan atas Pernyataan Presiden AS
Pernyataan ini disampaikan sebagai respons atas instruksi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 31 Oktober yang memerintahkan dimulainya kembali uji coba nuklir oleh Washington.
Trump menyebut bahwa Rusia, China, dan Korea Utara telah melakukan uji coba nuklir, yang kemudian memicu reaksi keras dari pemerintah Moskow dan Beijing.
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, menekankan pentingnya prinsip kesetaraan dalam menjaga arsitektur keamanan global.
"Kesetaraan dalam kekuatan nuklir adalah fondasi stabilitas global," ungkapnya, seraya meminta klarifikasi atas pernyataan Trump.
Presiden Rusia Vladimir Putin disebut telah memerintahkan pejabat keamanan untuk mengkaji kemungkinan pelaksanaan uji coba sebagai respons atas kebijakan Amerika Serikat tersebut.
Namun, Peskov membantah bahwa Putin telah memberikan instruksi untuk memulai persiapan teknis uji coba nuklir.
Klarifikasi dan Sikap China
China turut merespons situasi tersebut dengan menyerukan agar Amerika Serikat tetap mematuhi moratorium uji coba nuklir yang telah lama dijalankan.
Pemerintah Rusia juga memperingatkan bahwa menyamakan uji coba sistem rudal bertenaga nuklir seperti Burevestnik dan Poseidon dengan uji coba senjata nuklir konvensional merupakan kesalahan dalam penilaian teknis.
Rusia tercatat terakhir kali melakukan uji coba senjata nuklir pada tahun 1990, ketika masih menjadi bagian dari Uni Soviet, sedangkan Amerika Serikat terakhir kali menggelar uji coba pada tahun 1992.
- Penulis :
- Aditya Yohan








