
Pantau - Pemerintah Thailand menuntut permintaan maaf resmi dari Kamboja setelah seorang tentaranya terluka akibat ledakan ranjau darat di wilayah perbatasan yang memicu ketegangan diplomatik antara kedua negara.
Thailand Ajukan Tiga Tuntutan
Insiden ledakan yang terjadi di wilayah Huai Tamaria, Distrik Kantharalak, mendorong Thailand untuk menangguhkan perjanjian damai dengan Kamboja pada Senin.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, menyatakan bahwa pemerintah Bangkok menuntut tiga hal dari Phnom Penh, yaitu menyatakan penyesalan, menggelar penyelidikan menyeluruh, dan menerapkan langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.
Pasukan Thailand menuduh militer Kamboja secara sengaja menanam ranjau anti-personel jenis PMN-2 secara baru-baru ini di wilayah tersebut.
Sebagai bentuk protes, Thailand telah mengajukan keluhan diplomatik melalui sambungan telepon dan berencana mengirimkan surat resmi kepada pemerintah Kamboja, Jepang, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat, Malaysia selaku Ketua ASEAN, serta negara anggota ASEAN lainnya.
Kamboja Membantah Tuduhan dan Nyatakan Penyesalan
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata, menyampaikan penyesalan atas insiden tersebut.
"Insiden ini terjadi di area ladang ranjau sisa konflik masa lalu," ungkapnya.
Ia juga membantah dengan tegas tuduhan bahwa pasukan Kamboja menanam ranjau baru di wilayah perbatasan.
Sebagai bentuk respons terhadap insiden tersebut, Thailand juga menunda pembebasan 18 tentara Kamboja yang telah ditahan sejak bentrokan perbatasan pada Juli lalu.
Sebelumnya, kedua negara telah menandatangani perjanjian damai di Kuala Lumpur yang disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Aditya Yohan








