
Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghubungi Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman untuk mendorong normalisasi hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Israel, setelah perang Gaza dinyatakan berakhir.
Komunikasi Langsung dan Harapan Trump
Menurut laporan Axios yang mengutip dua pejabat Amerika Serikat, Trump menyampaikan pesan tersebut melalui sambungan telepon pada bulan sebelumnya.
Dalam percakapan itu, Trump menyatakan bahwa berakhirnya perang di Gaza telah menghapus salah satu hambatan utama menuju normalisasi hubungan Saudi-Israel, dan ia berharap Putra Mahkota bersedia mengambil langkah menuju pemulihan hubungan diplomatik, ungkap para pejabat tersebut.
Pejabat senior AS menyatakan bahwa mereka telah menyampaikan kepada pihak Arab Saudi bahwa Amerika Serikat telah memenuhi sebagian besar syarat yang diminta kerajaan.
"Pesan kami kepada Saudi adalah: Kami sudah melakukan semua hal yang kalian minta. Sekarang, ada hal-hal yang diinginkan Presiden Trump, seperti normalisasi dengan Israel. Jadi, bagaimana kalian akan memenuhinya?" ujar seorang pejabat senior AS.
Meskipun begitu, para pejabat mengakui adanya perbedaan signifikan antara posisi Arab Saudi dan Israel dalam isu ini.
Agenda Pertemuan dan Syarat Saudi
Pertemuan antara Trump dan Mohammed bin Salman dijadwalkan berlangsung di Gedung Putih pada 18 November.
Dalam pertemuan tersebut, Arab Saudi akan kembali menegaskan syarat-syarat untuk normalisasi, yakni pembentukan negara Palestina, perjanjian pertahanan resmi dengan Amerika Serikat, serta jaminan keamanan dari Washington.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Mohammed bin Salman menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan Trump dalam proses ini.
Namun, belum dapat dipastikan apakah kesepakatan normalisasi akan tercapai dalam kunjungan mendatang, mengingat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih menolak gagasan Solusi Dua Negara.
Rencana Trump dan Gencatan Senjata
Pada 29 September, Trump mengumumkan rencana 20 poin untuk mengakhiri konflik Gaza.
Dalam rencana itu, Hamas serta faksi-faksi Palestina lain tidak dilibatkan, dan pemerintahan Gaza pascaperang akan diserahkan kepada komite teknokratis dan apolitis Palestina yang berada di bawah pengawasan dewan internasional pimpinan Trump.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas diberlakukan pada 10 Oktober, disusul penandatanganan deklarasi pada 13 Oktober oleh Trump bersama Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Berdasarkan deklarasi tersebut, Hamas diwajibkan membebaskan 20 warga Israel yang disandera sejak 7 Oktober 2023.
Sebagai imbalannya, Israel setuju membebaskan 1.718 tahanan Palestina dari Gaza serta 250 tahanan lain yang menjalani hukuman jangka panjang.
Pada 15 Oktober, Wall Street Journal melaporkan bahwa Hamas dan Israel mulai mendiskusikan fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata usulan Trump.
Fase lanjutan tersebut mencakup perlucutan senjata Hamas, pengaturan tata kelola Jalur Gaza pascaperang, serta pengerahan pasukan stabilisasi internasional di wilayah tersebut.
- Penulis :
- Leon Weldrick







