
Pantau - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ke-20 resmi dibuka di Johannesburg, Afrika Selatan, pada Sabtu, 22 November 2025.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, KTT G20 diselenggarakan di benua Afrika, menandai tonggak penting dalam pengakuan atas peran strategis kawasan ini dalam tata kelola global.
Dengan mengusung tema "Solidaritas, Kesetaraan, dan Keberlanjutan", KTT G20 Johannesburg menegaskan pentingnya peningkatan kontribusi Afrika dan negara-negara Global South dalam sistem global.
Deklarasi G20 Afrika Selatan Fokus pada Multilateralisme, Iklim, dan Kesetaraan
KTT menghasilkan dokumen resmi berjudul "KTT G20 Afrika Selatan: Deklarasi Para Pemimpin" yang berisi komitmen kolektif negara anggota terhadap berbagai isu global.
Para pemimpin G20 menegaskan kembali pentingnya multilateralisme, dengan menyebut PBB sebagai inti utama tata kelola global.
"Kami menekankan pentingnya memperkuat kerja sama multilateral untuk mengatasi risiko dan tantangan terhadap perekonomian global, baik yang sudah ada maupun yang muncul," bunyi deklarasi.
Dalam deklarasi tersebut, ditekankan pula bahwa perdamaian adalah jalur utama menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Para pemimpin menyerukan peningkatan kerja sama internasional untuk mengatasi tantangan global seperti ketidaksetaraan, ketidakstabilan ekonomi, dan krisis iklim.
G20 juga mengakui kebutuhan mendesak untuk meningkatkan investasi global demi mencapai target iklim dalam Perjanjian Paris.
Para pemimpin menyerukan percepatan dan peningkatan pembiayaan iklim dari semua sumber global, dari miliaran menjadi triliunan dolar, serta menyelaraskan seluruh aliran keuangan global dengan target iklim.
Isu pendanaan, pembangunan kapasitas, dan transfer teknologi turut menjadi sorotan, dengan penekanan pada prinsip kesukarelaan, kesepakatan bersama, serta keadilan bagi negara berkembang.
Isu Gender, Keanekaragaman Hayati, dan Kepemimpinan Afrika Jadi Sorotan
Dalam aspek keberlanjutan, G20 menegaskan kembali komitmen terhadap Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal yang diadopsi pada COP15, serta mendorong negara lain melakukan hal serupa.
Para pemimpin juga menyoroti pentingnya pemberdayaan perempuan dan anak perempuan dalam mencapai kesetaraan gender.
"Seiring kita memperingati 30 tahun Deklarasi dan Platform Beijing untuk Aksi, kami menegaskan kembali komitmen kami terhadap pelaksanaan deklarasi tersebut secara penuh, efektif, dan dipercepat," tulis pernyataan dalam deklarasi.
G20 menyambut baik diselenggarakannya Pertemuan Pemimpin Global tentang Perempuan di Beijing pada Oktober 2025, sebagai kelanjutan semangat konferensi Beijing sebelumnya.
Afrika Selatan resmi menjabat sebagai presiden bergilir G20 sejak 1 Desember 2024, dan menjadi negara Afrika pertama yang memegang peran tersebut.
Kepresidenan G20 akan diserahkan kepada Amerika Serikat pada 1 Desember 2025.
- Penulis :
- Gerry Eka








