Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

AS dan Ukraina Rampungkan Draf Rencana Perdamaian 19 Poin, Kremlin Belum Tanggapi Resmi

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

AS dan Ukraina Rampungkan Draf Rencana Perdamaian 19 Poin, Kremlin Belum Tanggapi Resmi
Foto: (Sumber : Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio (kanan) dan Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak bertemu pers di Misi AS untuk PBB dan Organisasi Internasional Lainnya di Jenewa, Swiss, pada 23 November 2025. ANTARA/Xinhua/Lian Yi.)

Pantau - Amerika Serikat dan Ukraina sepakat merampingkan rencana perdamaian untuk mengakhiri konflik di Ukraina dari 28 poin menjadi 19 poin, setelah melakukan pembahasan intensif di Jenewa pada akhir pekan lalu.

Perubahan tersebut diumumkan oleh sejumlah media pada Senin (24/11), menyusul pertemuan antara delegasi AS, Ukraina, dan sejumlah negara Eropa.

Langkah ini menandai pencapaian diplomatik penting yang disebut sebagai "kemajuan signifikan" oleh Gedung Putih.

Poin Kontroversial Direvisi, Tenggat Waktu Dinilai Lebih Fleksibel

Oleksandr Bevz, pejabat Ukraina yang turut dalam pembicaraan, menjelaskan bahwa banyak ketentuan kontroversial dalam draf awal telah dirumuskan ulang agar lebih mendekati posisi Ukraina dan mengurangi tekanan terhadap Kiev.

"Tenggat waktu 27 November (Kamis) tampak lebih fleksibel dibandingkan sebelumnya," ujar Bevz.

Ia juga menambahkan, "Ini bukan situasi darurat -- hal yang lebih penting adalah menyelesaikan teksnya."

Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Ukraina, Sergiy Kyslytsya, menyampaikan kepada Financial Times bahwa draf baru ini "hanya memiliki sedikit kesamaan dengan versi 28 poin yang sempat bocor."

"Hanya sedikit hal yang tersisa dari versi aslinya," ungkapnya.

Beberapa laporan menyebut bahwa isu-isu paling sensitif, termasuk status wilayah dan keamanan nasional, akan diputuskan langsung oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Rencana Lama Tuai Kritik, Pertemuan Jenewa Hasilkan Penyesuaian

Versi awal rencana perdamaian 28 poin dikritik keras karena berisi syarat agar Ukraina menyerahkan wilayah di Ukraina timur, mengurangi kekuatan militer, dan meninggalkan ambisi bergabung dengan NATO.

Ketentuan tersebut dianggap melanggar garis merah Ukraina dan ditolak tegas oleh Kiev serta sekutu-sekutu Eropanya.

Pada Minggu (23/11), delegasi dari AS, Ukraina, dan negara-negara Eropa bertemu di Jenewa dalam rangka mendorong kesepahaman bersama terkait rencana perdamaian.

Usai pertemuan dengan penasihat keamanan nasional Inggris, Prancis, dan Jerman, delegasi Ukraina melanjutkan pembicaraan bilateral bersama Amerika Serikat.

Pertemuan itu dihadiri oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, dan Sekretaris Angkatan Darat AS Daniel Driscoll.

Delegasi Ukraina dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak.

Gedung Putih, dalam pernyataan resminya pada Minggu malam waktu setempat, menyebut pembicaraan di Jenewa menghasilkan "kemajuan signifikan untuk menyelaraskan posisi."

Rusia Belum Tanggapi, Trump Beri Sinyal Pembicaraan Bisa Lanjut

Kremlin menyatakan belum menerima rincian resmi dari hasil pertemuan di Jenewa dan menegaskan bahwa mereka tidak berencana menggelar pembicaraan dengan Amerika Serikat pada pekan ini.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump tetap menetapkan Kamis (27/11) sebagai tenggat waktu untuk mencapai kesepahaman dengan Ukraina.

Namun, ia memberi sinyal bahwa pembicaraan masih dapat berlanjut setelah tanggal tersebut, selama menunjukkan arah kemajuan.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Tria Dianti