
Pantau - Pemerintah Rusia menyebut bahwa rencana perdamaian yang diajukan Uni Eropa untuk mengakhiri krisis Ukraina tidak bersifat konstruktif, dan menegaskan hanya mempercayai informasi yang disampaikan langsung oleh Amerika Serikat.
Rusia Ragukan "Rencana Eropa"
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Penasihat Kepresidenan Rusia, Yuri Ushakov, pada Senin, 24 November 2025, di Moskow.
Menurut Ushakov, terlalu banyak spekulasi yang berkembang terkait isi dan arah dari rencana perdamaian yang diajukan oleh Uni Eropa.
"Rencana itu tampaknya tidak membantu dan penuh dengan spekulasi," ungkapnya, menanggapi pemberitaan yang ramai di media internasional.
Media Rusia melaporkan bahwa rencana perdamaian baru dari Uni Eropa berisi revisi besar terhadap rancangan 28 poin yang sebelumnya diusulkan oleh Amerika Serikat.
Salah satu perbedaan paling mencolok adalah tidak adanya pembatasan terhadap kekuatan militer dan industri pertahanan Ukraina dalam versi Uni Eropa.
Sebaliknya, dalam rencana perdamaian 28 poin milik AS, terdapat batasan yang jelas terhadap jumlah personel militer Ukraina, yaitu maksimal 600.000 personel.
Rusia Fokus pada Dialog dengan AS
Ushakov menyampaikan bahwa beberapa ketentuan dalam rencana yang dibahas dalam pertemuan di Alaska masih bisa diterima oleh Moskow.
"Beberapa poin dalam rencana yang dibicarakan di Alaska masuk akal dan bisa kami terima," ia mengungkapkan.
Setelah pertemuan trilateral antara perwakilan AS, Ukraina, dan Uni Eropa di Jenewa pada Minggu, 23 November 2025, jumlah poin dalam rancangan perdamaian dikurangi dari 28 menjadi 19 poin.
Ushakov juga menyatakan bahwa Amerika Serikat akan segera menghubungi Rusia untuk mendiskusikan rincian lebih lanjut dari rencana perdamaian tersebut.
Namun hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai format atau skema pertemuan yang akan digunakan dalam pembicaraan antara Moskow dan Washington.
- Penulis :
- Leon Weldrick







