
Pantau - Kudeta militer terjadi di Guinea-Bissau, Afrika Barat, pada Rabu waktu setempat, saat personel militer menggulingkan Presiden Umaro Sissoco Embalo dan mengambil alih kekuasaan negara secara penuh.
Militer Umumkan Pengambilalihan Kekuasaan
Seluruh perbatasan darat, laut, dan udara ditutup oleh militer sebagai bagian dari operasi perebutan kekuasaan.
Sekelompok anggota militer yang menamakan diri mereka “Komando Militer Tinggi untuk Pemulihan Keamanan Nasional dan Ketertiban Umum” membacakan pernyataan pengambilalihan pemerintahan dari markas angkatan bersenjata, yang disiarkan melalui televisi nasional TGB.
Kelompok tersebut menyatakan bahwa mereka “mengambil alih kekuasaan negara secara penuh”.
Kudeta dibenarkan dengan alasan ditemukannya persekongkolan jahat untuk menciptakan ketidakstabilan di Guinea-Bissau.
Persekongkolan tersebut disebut melibatkan politisi, seorang “gembong narkoba”, serta warga negara Guinea-Bissau dan asing dalam sebuah “skema operasi”.
Mereka juga menuduh adanya upaya manipulasi hasil pemilihan umum.
Dinas intelijen disebut telah membongkar rencana tersebut dan menemukan sejumlah senjata perang.
Kelompok militer mengumumkan bahwa Presiden Embalo telah digulingkan dan seluruh institusi negara ditutup “hingga instruksi berikutnya”.
Aktivitas media dihentikan sepenuhnya.
Proses pemilu yang sedang berjalan juga langsung dihentikan.
Semua perbatasan negara ditutup, dan jam malam diberlakukan selama 9 jam mulai pukul 9 malam.
Para pelaku kudeta meminta negara-negara tetangga di Afrika Barat untuk tetap tenang, bekerja sama, dan “memahami” kondisi yang mereka sebut sebagai “situasi serius yang diakibatkan oleh keadaan darurat”.
Dilaporkan terjadi baku tembak di dekat istana kepresidenan pada saat kudeta berlangsung.
Tokoh Politik Ditangkap, Embalo Sebut Aksi Ini Kudeta
Setelah pemilu presiden akhir pekan lalu, kubu Presiden Embalo dan calon independen Fernando Dias saling mengklaim kemenangan pada Senin.
Media Prancis RFI melaporkan bahwa Fernando Dias dan mantan perdana menteri Domingos Simoes Pereira ditangkap saat kudeta dan dibawa ke pangkalan udara.
Pereira merupakan pemimpin Partai Afrika untuk Kemerdekaan Guinea dan Cape Verde (PAIGC) yang pernah memimpin perjuangan kemerdekaan negara tersebut pada 1974.
Ia sebelumnya didiskualifikasi dari pemilu presiden tahun ini karena terlambat melengkapi syarat pendaftaran.
Presiden Embalo mengaku kepada media Jeune Afrique bahwa ia ditangkap pada Rabu siang saat berada di kantor kepresidenan.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Biague Na Ntan, Wakilnya Jenderal Mamadou Toure, dan Menteri Dalam Negeri Botche Cande juga turut ditangkap.
Embalo menyatakan bahwa penangkapannya dilakukan tanpa kekerasan dan menyebut peristiwa ini sebagai “kudeta” yang dipimpin oleh panglima angkatan darat.
Sumber lain melaporkan suara tembakan juga terdengar di dekat kantor komisi pemilihan umum pada siang hari.
Sebelum kudeta terjadi, Fernando Dias sempat meminta militer untuk tetap netral dan tidak mencampuri urusan pemilu.
"Kami tak minta apapun," ujarnya sambil menegaskan bahwa ia menunggu hasil resmi pemilu yang seharusnya diumumkan pada Kamis.
- Penulis :
- Aditya Yohan








