
Pantau - Afrika Sub-Sahara telah kehilangan hampir seperempat keanekaragaman hayatinya dibandingkan tingkat pra-industri berdasarkan studi baru yang dipimpin tim peneliti Afrika.
Penurunan Keanekaragaman Hayati Berdasarkan Studi Terbaru
Universitas Stellenbosch dalam pernyataannya menyebutkan bahwa studi yang terbit di jurnal Nature menemukan kehilangan 24 persen keanekaragaman hayati sejak masa pra-industri.
Hayley Clements, penulis utama dari Pusat Transisi Keberlanjutan Universitas Stellenbosch, mengatakan banyak penilaian keanekaragaman hayati global tidak mencerminkan realitas Afrika karena data lokal sangat terbatas.
"Dengan bekerja langsung bersama pihak-pihak yang meneliti dan mengelola ekosistem Afrika, kami dapat memperoleh gambaran yang jauh lebih realistis tentang di mana keanekaragaman hayati menurun, di mana yang tetap terjaga, dan apa sebabnya," ungkapnya.
Proyek penelitian berlangsung selama lima tahun dengan mengumpulkan wawasan dari 200 pakar di berbagai penjuru Afrika, termasuk peneliti, jagawana, pemandu wisata, dan kurator museum.
Pengetahuan para pakar ini digunakan untuk menyusun Indeks Keutuhan Keanekaragaman Hayati tingkat benua yang mengukur persentase kelimpahan spesies asli yang masih tersisa di setiap wilayah.
Studi menunjukkan bahwa beberapa jenis tumbuhan yang toleran terhadap gangguan hanya menurun sekitar 10 persen.
Namun, populasi mamalia besar seperti gajah, singa, dan beberapa spesies antelop mengalami penurunan lebih dari 75 persen dibandingkan masa lalu.
Penyebab Utama dan Tantangan Pelestarian
Penyebab utama penurunan tersebut meliputi perluasan lahan pertanian, pemanenan yang tidak berkelanjutan, dan penggembalaan intensif.
Negara-negara Afrika Tengah mempertahankan tingkat keutuhan keanekaragaman hayati tertinggi karena hutan lembap mereka relatif masih terjaga.
Afrika Barat memiliki tingkat keanekaragaman hayati terendah akibat degradasi hutan dan sabana yang parah.
Studi juga menemukan bahwa lebih dari 80 persen tumbuhan dan hewan liar tersisa berada di lahan produktif, bukan di kawasan lindung.
"Kawasan lindung tetap vital, terutama bagi mamalia besar Afrika, namun itu saja tidak cukup untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati. Pengelolaan berkelanjutan lanskap produktif bersama menjadi kunci untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dan mendukung mata pencaharian," ia mengungkapkan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







