HOME  ⁄  Geopolitik

Perdagangan Global Diproyeksikan Tembus 35 Triliun Dolar AS pada 2025 Menurut UNCTAD

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Perdagangan Global Diproyeksikan Tembus 35 Triliun Dolar AS pada 2025 Menurut UNCTAD
Foto: (Sumber: Foto dari udara yang diabadikan menggunakan drone pada 28 November 2025 ini menunjukkan pemandangan Pelabuhan Yangpu di Zona Pengembangan Ekonomi Yangpu (Yangpu Economic Development Zone) yang terletak di Danzhou, Provinsi Hainan, China selatan. ANTARA/Xinhua/Guo Cheng..)

Pantau - United Nations Trade and Development (UNCTAD) memproyeksikan perdagangan barang dan jasa global untuk pertama kalinya akan melampaui 35 triliun dolar AS pada 2025.

Pertumbuhan Perdagangan Sepanjang 2025

Perkiraan tersebut disampaikan UNCTAD pada Selasa (9/12) yang menunjukkan bahwa meskipun ada ketegangan geopolitik, biaya tinggi, serta permintaan global yang tidak merata, perdagangan dunia tetap tumbuh hingga paruh kedua 2025.

Laporan UNCTAD memperkirakan perdagangan global tumbuh sekitar 7 persen secara tahunan pada 2025 atau meningkat 2,2 triliun dolar AS dibandingkan total perdagangan tahun sebelumnya.

Laporan itu menegaskan bahwa kenaikan tersebut didorong oleh volume perdagangan yang menguat menjelang akhir tahun, bukan oleh kenaikan harga yang mencerminkan permintaan global tetap stabil.

Asia Timur mencatat pertumbuhan ekspor terkuat sebesar 9 persen dalam satu tahun terakhir dengan perdagangan intraregional meningkat 10 persen.

Perdagangan Afrika dan kawasan Selatan-Selatan juga mencatat peningkatan signifikan yang menandakan semakin besarnya peran negara-negara emerging dalam perdagangan global.

Perubahan Pola Perdagangan dan Prospek 2026

UNCTAD menyoroti tren meningkatnya friendshoring dan nearshoring atau pergeseran perdagangan menuju mitra yang sejalan secara politik maupun lebih dekat secara geografis yang kini membentuk ulang pola perdagangan global.

UNCTAD memproyeksikan bahwa pertumbuhan perdagangan akan melemah pada 2026 karena aktivitas ekonomi global yang lebih lambat, peningkatan utang, biaya perdagangan yang lebih tinggi, serta ketidakpastian yang berlanjut.

Penulis :
Ahmad Yusuf