Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

PM Thailand Siap Berunding dengan Trump Terkait Konflik Perbatasan dengan Kamboja

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

PM Thailand Siap Berunding dengan Trump Terkait Konflik Perbatasan dengan Kamboja
Foto: (Sumber: Tentara Kamboja berjaga di kawasan perbatasan Prey Chan, Banteay Meanchey, Kamboja, Jumat (29/8/2025). Meski gencatan senjata masih diberlakukan, penjagaan ketat kawasan perbatasan tetap dilakukan Tentara Kerajaan Kamboja akibat konflik perbatasan negara mereka dengan Thailand yang dipicu oleh sengketa kepemilikan Kuil Preah Vihear itu. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA).)

Pantau - Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, menyatakan kesiapan pemerintahnya untuk berunding dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait konflik perbatasan yang kembali memanas antara Thailand dan Kamboja.

Pernyataan tersebut disampaikan pada Rabu, menyusul meningkatnya ketegangan di kawasan perbatasan Prey Chan, Banteay Meanchey, Kamboja, meskipun gencatan senjata masih berlaku.

"Jika Presiden AS memanggil, kita harus menjawab dan berbicara dengannya. Tapi, kita perlu menjelaskan situasinya supaya ia paham," ungkap Charnvirakul.

Ia menambahkan bahwa Presiden Trump tidak mungkin memahami situasi di lapangan secara lebih rinci dari dirinya.

"Ia tentu tak akan tahu rinciannya lebih daripada saya, jadi saya akan menjelaskannya kepada dia," tegasnya.

Ketegangan Memuncak Meski Gencatan Berlaku

Konflik antara Thailand dan Kamboja dipicu oleh sengketa lama mengenai kepemilikan Kuil Preah Vihear yang berada di wilayah perbatasan kedua negara.

Sejak akhir pekan lalu, kedua pihak saling menuduh telah melanggar gencatan senjata.

Media Kamboja pada Selasa, 9 Desember 2025, melaporkan terjadinya pertempuran hebat di sepanjang garis perbatasan.

Sementara itu, pada Senin, 8 Desember 2025, Perdana Menteri Charnvirakul menyatakan bahwa dirinya siap mengambil langkah-langkah tegas demi melindungi keamanan dan kedaulatan Thailand.

Kementerian Pertahanan Kamboja kemudian meminta komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, untuk mengutuk tindakan Thailand yang dinilai telah melanggar perjanjian damai yang sebelumnya ditandatangani dengan disaksikan oleh Presiden Trump.

Belum Ada Kontak Langsung, Tapi Thailand Siap

Charnvirakul mengonfirmasi bahwa hingga saat ini belum ada komunikasi langsung antara dirinya dan Presiden Trump.

Namun, ia menegaskan kesiapan Thailand untuk berdialog jika ada undangan resmi dari pihak AS.

"Namun, jika ada permintaan semacam itu yang berujung pada negosiasi, kami siap berbicara," ujarnya.

Sementara itu, pasukan Kamboja dilaporkan tetap berjaga ketat di wilayah Prey Chan, menunjukkan ketegangan yang masih tinggi meski belum ada eskalasi lanjutan sejak laporan bentrokan terbaru.

Penulis :
Aditya Yohan