Pantau - Jared Kushner, menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump, bersama utusan khusus AS Steve Witkoff, telah menyusun dan mempresentasikan draf rencana ambisius untuk rekonstruksi Gaza kepada para calon investor dan pemerintah asing.
“Project Sunrise”: Visi Kota Metropolis Berbasis AI
Rencana bertajuk “Project Sunrise” ini menggambarkan Gaza sebagai kota metropolis masa depan yang dilengkapi dengan resor mewah di tepi pantai, jalur kereta cepat, serta jaringan pintar berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Cetak biru proyek menyebutkan bahwa pemerintah AS berpotensi menanggung sekitar 20 persen dari biaya rekonstruksi selama periode 10 tahun.
Namun, draf rencana tersebut tidak menjelaskan secara rinci di mana sekitar dua juta warga Palestina akan tinggal selama proyek berlangsung, mengingat skala kehancuran di Jalur Gaza saat ini.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa Kushner dan Witkoff telah menawarkan Project Sunrise kepada investor potensial serta beberapa pemerintah asing, termasuk Turki dan Mesir.
Tantangan Besar: Puing, Amunisi, dan Waktu Puluhan Tahun
Sementara proposal Kushner menarik perhatian, sejumlah lembaga internasional menyoroti kompleksitas dan tantangan besar dalam proses rekonstruksi Gaza.
Ekonom dari UNCTAD, Rami Alazzeh, memperingatkan bahwa pembersihan amunisi yang belum meledak bisa memakan waktu hingga 10 tahun.
Koordinator program UNCTAD, Mutasim Elagraa, menambahkan bahwa dengan kecepatan pembersihan puing saat ini, dibutuhkan sekitar 22 tahun untuk menyelesaikan proses tersebut secara menyeluruh.
Pada Oktober 2025, Jaco Cilliers, perwakilan khusus UNDP untuk rakyat Palestina, menyebut bahwa setidaknya 50 juta ton puing harus dipindahkan dari Jalur Gaza sebagai bagian dari tahapan awal rekonstruksi.
Ia juga memperkirakan total biaya rekonstruksi penuh mencapai sekitar 70 miliar dolar AS, atau setara Rp1.168 triliun.
Hingga kini, belum ada kejelasan resmi mengenai waktu pelaksanaan atau kesiapan logistik Project Sunrise, sementara kondisi di lapangan masih diwarnai blokade, kehancuran infrastruktur, dan krisis kemanusiaan.
- Penulis :
- Aditya Yohan
