
Pantau - Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyampaikan kelegaannya atas tercapainya gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja setelah 20 hari konflik bersenjata di wilayah perbatasan yang disengketakan kedua negara.
“Berkat upaya berbagai pihak, militer Thailand dan Kamboja telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dan mengambil langkah pertama menuju perdamaian. China merasa lega atas hal ini,” ungkap Wang Yi saat bertemu Menlu Thailand Sihasak Phuangketkeow di Yuxi, Provinsi Yunnan, Minggu, 28 Desember 2025.
Gencatan senjata itu resmi berlaku pada Sabtu, 27 Desember 2025, dan mengakhiri bentrokan yang menyebabkan hampir satu juta warga sipil mengungsi serta menewaskan 99 orang.
China Dorong Dialog Damai dan Dukung ASEAN
Wang Yi menegaskan bahwa China tidak memaksakan kehendak atau mengambil alih peran negara lain, tetapi bertujuan menyediakan ruang dialog yang aman agar pihak terkait menyelesaikan perbedaan melalui komunikasi langsung.
“Setelah suara tembakan berhenti, diplomasi seharusnya tampil ke depan. Pemulihan perdamaian adalah harapan rakyat dan juga harapan semua pihak,” ujarnya.
China juga menyatakan kesiapan untuk membantu pemulihan perdamaian, memberikan bantuan kemanusiaan, serta mendukung misi pengamat ASEAN dalam mengawal implementasi gencatan senjata.
“China yakin bahwa selama Thailand dan Kamboja berkomunikasi secara setara dan melangkah maju bersama, tidak akan ada rintangan yang tak teratasi,” tambah Wang Yi.
Ia menyampaikan bahwa China sangat prihatin terhadap ketegangan yang terjadi dan korban sipil akibat konflik tersebut.
“Sebagai tetangga yang bersahabat, China paling tidak ingin melihat konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja, dan paling berharap kedua negara dapat kembali berdamai,” tegasnya.
Thailand Komitmen Gencatan Senjata dan Perbaiki Hubungan Bilateral
Menlu Thailand, Sihasak Phuangketkeow, menyampaikan apresiasi atas peran aktif China dalam mendorong penyelesaian damai.
“Kami sangat mengapresiasi upaya positif China yang, dengan cara Asia, turut menengahi konflik Thailand–Kamboja. Perjanjian gencatan senjata yang baru saja ditandatangani Thailand dan Kamboja merupakan suatu awal yang baru,” ujar Sihasa.
Ia menegaskan bahwa kekerasan bukan pilihan dalam hubungan dengan negara tetangga dan Thailand berkomitmen pada gencatan senjata berkelanjutan demi menciptakan perdamaian abadi.
“Thailand bersedia menatap ke depan dan melangkah maju, memperkuat komunikasi dengan Kamboja melalui jalur bilateral, membangun kembali rasa saling percaya, serta bersama-sama menjaga perdamaian dan ketenteraman di perbatasan dan kawasan,” katanya.
Salah satu poin penting dalam perjanjian gencatan senjata adalah penghentian seluruh aksi permusuhan, larangan penggunaan senjata dan provokasi, serta komitmen untuk tidak mengirim bala bantuan ke perbatasan.
Thailand juga akan memulangkan 18 tentara Kamboja yang ditahan sejak Juli, apabila tidak terjadi pelanggaran selama 72 jam pertama masa gencatan.
Korban dan Latar Belakang Konflik
Selama 20 hari konflik yang dimulai pada 8 Desember 2025, tercatat 99 orang tewas, terdiri dari 26 prajurit dan 1 warga sipil Thailand, 41 warga sipil Thailand akibat dampak tidak langsung, serta 31 warga sipil Kamboja.
Konflik kembali meletus akibat insiden perbatasan yang melukai dua tentara Thailand, memperburuk sengketa wilayah yang telah berlangsung lama dan sebelumnya memicu bentrokan besar pada Juli 2025 yang menewaskan sedikitnya 48 orang.
Pada Minggu, 28 Desember 2025, kedua negara melaporkan situasi perbatasan tetap tenang, meskipun masih ada pergerakan terbatas di beberapa titik.
- Penulis :
- Gerry Eka







