
Pantau - Rapper Yacko memutuskan tetap tampil di hari kedua festival musik Pestapora 2025 meskipun sejumlah musisi lain memutuskan mundur karena keberatan terhadap keberadaan sponsor yang terafiliasi dengan perusahaan tambang, yaitu PT Freeport Indonesia.
Gunakan Panggung untuk Bersuarakan Isu Perempuan, Lingkungan, dan HAM
Dalam pernyataan melalui akun Instagram pribadinya, Yacko menegaskan bahwa keputusannya untuk tetap tampil dilandasi keinginan menggunakan platform seni sebagai ruang bersuara atas isu yang lebih besar.
"Isu lingkungan & HAM di Papua adalah isu perempuan juga. Izinkan saya untuk tetap menggunakan platform saya untuk bersuara di Hip Hop Stage hari ini. 100 persen fee (bayaran) yang saya terima telah saya donasikan ke Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)," tulis Yacko.
Sikap tersebut dinilai sebagai bentuk solidaritas yang tetap menjaga ruang ekspresi, sekaligus mendukung perjuangan lingkungan melalui aksi nyata.
Sementara itu, grup musik The Panturas juga menyatakan komitmen solidaritas dengan menyumbangkan seluruh hasil penjualan merchandise mereka selama festival ke WALHI.
Deretan Musisi Mundur karena Sponsor Tambang, Ada yang Tetap Hadir di Luar Panggung
Keputusan sejumlah musisi mundur dari panggung Pestapora dipicu oleh terungkapnya bahwa salah satu sponsor utama acara adalah PT Freeport Indonesia, yang selama ini dikaitkan dengan isu lingkungan dan pelanggaran HAM, khususnya di Papua.
Musisi yang memutuskan mundur di antaranya adalah Hindia, Feast, Bilal Indrajaya, Petra Sihombing, Sukatani, Leipzig, dan Rebellion Rose.
Meski batal tampil secara resmi, grup Rebellion Rose tetap hadir di area festival untuk menyapa penggemar, mengedukasi publik soal isu yang mereka perjuangkan, dan tampil secara unplugged di luar panggung utama.
Pestapora 2025 Tetap Berlangsung Tiga Hari di Jakarta
Festival musik tahunan Pestapora 2025 berlangsung selama tiga hari, dari 5 hingga 7 September 2025, bertempat di Gambir Expo & Hall D2 JIEXPO Kemayoran, Jakarta.
Festival ini masih menjadi salah satu perhelatan musik terbesar di Indonesia dengan ratusan penampil lintas genre, meskipun tahun ini diwarnai dengan dinamika solidaritas dan sikap kritis dari para pelaku musik terhadap isu lingkungan dan hak asasi manusia.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf