
Pantau.com - Masjid-masjid berkubah hijau masih mendominasi cakrawala "Mekah Kecil" di China. Tetapi mereka telah mengalami perubahan besar. Banyak anak laki-laki kini telah mengalami ketakutan.
Melansir AFP, Senin (16/7/2018), Partai Komunis Atheis yang berkuasa telah melarang anak-anak di bawah 16 tahun dari kegiatan keagamaan atau belajar di Linxia, sebuah wilayah Islami di China yang dihuni Etnis Hui.
Wilayah mayoritas muslim lain di bagian barat juga mendapatkan serangan separatis untuk menyingkirkan ummat muslim.
Saat ini, muslim Hui takut akan pengawasan dan penindasan serupa. "Terus terang, saya sangat takut mereka akan menerapkan model Xinjiang di sini," ujar seorang imam terpandang di wilayah tersebut.
Otoritas lokal di Linxia telah sangat membatasi jumlah siswa di atas 16 baru bisa secara resmi belajar Islam di setiap masjid dan proses sertifikasi terbatas untuk imam baru ditingkatkan.
Mereka juga telah menginstruksikan masjid-masjid agar untuk memasang bendera nasional China. Tak hanya itu, pengeras suara untuk adzan dan berdoa juga telah disita. 335 masjid terpapar aturan tersebut.
"Mereka ingin sekuler Muslim, untuk memotong Islam di akar," kata imam yang tak ingin disebutkan namanya itu.
"Hari-hari ini, anak-anak tidak diizinkan untuk percaya pada agama. Mereka hanya percaya pada Komunisme dan partai."
Lebih dari 1.000 anak laki-laki biasa menghadiri masjid menengahnya untuk mempelajari dasar-dasar Al-Quran selama liburan musim panas dan musim dingin, tetapi sekarang mereka dilarang memasuki tempat tersebut.
Untuk diketahui, jumlah musli Etnis Hui hampir 10 juta, setengah dari populasi Muslim di negara itu berdasarkan statistik pemerintah 2012
"Kami takut, sangat takut. Jika terus seperti ini, setelah satu atau dua generasi, tradisi kami akan hilang," kata Ma Lan, seorang penjaga berusia 45 tahun.
Para pengawas memeriksa masjid setempat setiap beberapa hari selama liburan sekolah.Mereka memastikan tidak ada dari 70 atau lebih anak-anak desa hadir.
- Penulis :
- Widji Ananta