Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Nyaris Berusia 100 Tahun, Mahathir Mohamad Kembali Mencalonkan Diri jadi PM Malaysia

Oleh Fadly Zikry
SHARE   :

Nyaris Berusia 100 Tahun, Mahathir Mohamad Kembali Mencalonkan Diri jadi PM Malaysia
Pantau - Nyaris berusia satu abad atau sudah mencapai usia 97 tahun, mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Mohamad masih mencalonkan diri dalam Pemilu pada Sabtu (19/11/2022).

Mahathir masih populer baik di kalangan rival politik maupun pendukung, walaupun pengaruhnya berkurang.

Mahathir telah menduduki puncak kekuasaan selama hampir seperempat abad di Malaysia.

Modal untuk mengembalikan kejayaan Malaysia, menurut Tun Mahathir, adalah pengalamannya memerintah selama 24 tahun.

Periode pertama, dia memegang tampuk pemerintahan negara mulai 1981 hingga 2003 dengan kendaraan Partai UMNO bersama koalisinya - Barisan Nasional.

Mahathir dikenal dengan julukan 'Bapak Modernisasi' karena keberhasilannya mengubah Malaysia dari negara pertanian menjadi negara perindustrian.

Masa pemerintahannya tak luput dari kritikan terkait dengan corak pemerintahan yang keras.

Sebagian orang menggambarkannya sebagai pemerintahan otokratik. Kebijakan Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA), memungkinkan penahanan tanpa peradilan, dikeluhkan kerap disalahgunakan untuk membungkam para aktivis dan pemimpin oposisi.

Dia menyerahkan tongkat estafet kekuasaan kepada wakilnya Abdullah Ahmad Badawi pada tahun 2003.

Pada pemilu 2018, dia bergandengan tangan dengan koalisi oposisi Pakatan Harapan pimpinan Anwar Ibrahim, yang sebelumnya berseberangan. Bahkan Mahathir pernah memenjarakan Anwar Ibrahim.

Untuk pertama kalinya, oposisi berhasil mengalahkan koalisi Barisan Nasional.  Mahathir dilantik menjadi perdana menteri. Ia tercatat sebagai pemimpin terpilih paling tua di dunia pada usia 92 tahun.

Namun umur pemerintahan itu hanya 22 bulan karena pertikaian internal. Hal ini disebabkan pengingkaran janji penyerahan kursi perdana menteri ke Anwar Ibrahim.

Namun demikian, ketua koalisi Pakatan Harapan Anwar Ibrahim telah menolak tawaran kerja sama Mahathir. Alasannya, keduanya berbeda prinsip dalam sejumlah hal, termasuk persyaratan menjadi perdana menteri hanya orang Melayu sedangkan Malaysia adalah negara majemuk.

Anwar sempat menjadi wakil perdana menteri di bawah Mahathir tapi diberhentikan pada 1998 sebelum dikenai dakwaan dan dipenjarakan dalam kasus sodomi dan korupsi.

Oleh koalisinya, Anwar, 75, dijagokan menjadi perdana menteri jika menang pemilu sekarang.

Di Malaysia sempat muncul wacana untuk membuat pembatasan usia maksimal calon anggota legislatif. Namun hingga kini belum terwujud dan politikus-politikus senior tetap mencalonkan diri.

Menurut Kepala Program Sains Politik, Universitas Kebangsaan Malaysia, Dr. Muhamad Nadzri Hj. Mohamed Noor, kedua sosok itu masih relevan kendati mereka sudah lama bercokol di politik.

"Kedua tokoh ini walaupun sudah lama tapi masih mempunyai idealisme dan pengaruh yang sangat besar, khususnya Anwar Ibrahim. Kalau dibandingkan dari segi pengaruh, pengaruh Anwar lebih besar dari pengaruh Mahathir," katanya.

Ketika Malaysia menggalakkan transformasi dari masyarakat agraris ke industri di bawah komando PM Mahathir Mohamad, Indonesia diperintah oleh Presiden Soeharto.

Tun Mahathir Mohamad mengaku hubungannya dengan Presiden Soeharto lebih erat dibandingkan dengan presiden-presiden Indonesia zaman sekarang karena masa jabatan sudah dibatasi maksimal dua periode.
Penulis :
Fadly Zikry