
Pantau - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sangat geram usai dikritik lamban dalam menangani gempa bermagnitudo (M) 7,8 yang mengguncang negara tersebut.
Erdogan pun mengutuk para pengkritiknya. Diketahui, jumlah korban yang terus bertambah menjadi penyebab kritikan terhadap Erdogan.
Hingga pagi ini, jumlah korban mencapai lebih dari 19 ribu di Turki dan Suriah. Gempa tersebut masuk daftar bencana alam paling mematikan. Gempa ini berpusat di Gazianterp, dekat perbatasan Suriah.
Erdogan mengunjungi korban pascagempa pertama kali ke Provinsi Hatay, di mana lokasi tersebut menjadi yang paling parah terdampak gempa, Kamis (9/2/2023). Sejumlah gempa susulan juga kerap kali terjadi.
"Ini adalah waktu untuk persatuan, solidaritas. Saya tidak bisa menerima orang yang melakukan kampanye negatif untuk kepentingan politik," kata Erdogan seperti dikutip Guardian.
Erdogan mengungkapkan, situasi gempa yang terjadi pada Senin (6/2/2023) dini hari waktu Turki itu merupakan situasi yang tak mungkin telah diprediksi dan dipersiapkan sebelumnya.
Erdogan juga berjanji pemerintah akan mempercepat pembersihan puing-puing dan pembangunan rumah bagi warga yang terdampak.
Salah satu kritik tajam kepada Erdogan itu disampaikan oleh Kemal Kılıcdaroglu, pemimpin partai oposisi utama Turki.
Kemal menuding pemerintah Turki gagal bekerja sama dengan otoritas lokal dan melemahkan organisasi non-pemerintah yang dapat membantu.
"Saya menolak untuk mengaitkannya dengan politik. Tetapi, banyaknya korban yang tidak tertolong ini sebenarnya adalah hasil dari politik pencatutan yang sistematis," kata Kılıcdaroglu.
"Jika ada yang bertanggung jawab atas proses ini, itu adalah Erdogan. Partai yang berkuasa inilah yang tidak mempersiapkan negara untuk gempa bumi selama 20 tahun," sambung Kılıcdaroglu.
Faktanya, korban hidup di Turki selatan dan Suriah barat laut melewati malam kedua dalam cuaca yang sangat amat dingin. Tak sedikit yang berlindung di mobil mereka atau di bawah selimut di jalan-jalan.
Mereka takut kembali ke dalam rumah atau bangunan yang masih berdiri karena masih banyak gempa susulan mengguncang area tempat mereka berada.
Badai musim dingin dan suhu di bawah nol derajat celcius membuat banyak warga semakin menderita. Para korban gempa juga tak memiliki bahkan tak mendapatkan bantuan alat berat untuk mempercepat penyelamatan.
Erdogan pun mengutuk para pengkritiknya. Diketahui, jumlah korban yang terus bertambah menjadi penyebab kritikan terhadap Erdogan.
Hingga pagi ini, jumlah korban mencapai lebih dari 19 ribu di Turki dan Suriah. Gempa tersebut masuk daftar bencana alam paling mematikan. Gempa ini berpusat di Gazianterp, dekat perbatasan Suriah.
Erdogan mengunjungi korban pascagempa pertama kali ke Provinsi Hatay, di mana lokasi tersebut menjadi yang paling parah terdampak gempa, Kamis (9/2/2023). Sejumlah gempa susulan juga kerap kali terjadi.
"Ini adalah waktu untuk persatuan, solidaritas. Saya tidak bisa menerima orang yang melakukan kampanye negatif untuk kepentingan politik," kata Erdogan seperti dikutip Guardian.
Erdogan mengungkapkan, situasi gempa yang terjadi pada Senin (6/2/2023) dini hari waktu Turki itu merupakan situasi yang tak mungkin telah diprediksi dan dipersiapkan sebelumnya.
Erdogan juga berjanji pemerintah akan mempercepat pembersihan puing-puing dan pembangunan rumah bagi warga yang terdampak.
Salah satu kritik tajam kepada Erdogan itu disampaikan oleh Kemal Kılıcdaroglu, pemimpin partai oposisi utama Turki.
Kemal menuding pemerintah Turki gagal bekerja sama dengan otoritas lokal dan melemahkan organisasi non-pemerintah yang dapat membantu.
"Saya menolak untuk mengaitkannya dengan politik. Tetapi, banyaknya korban yang tidak tertolong ini sebenarnya adalah hasil dari politik pencatutan yang sistematis," kata Kılıcdaroglu.
"Jika ada yang bertanggung jawab atas proses ini, itu adalah Erdogan. Partai yang berkuasa inilah yang tidak mempersiapkan negara untuk gempa bumi selama 20 tahun," sambung Kılıcdaroglu.
Faktanya, korban hidup di Turki selatan dan Suriah barat laut melewati malam kedua dalam cuaca yang sangat amat dingin. Tak sedikit yang berlindung di mobil mereka atau di bawah selimut di jalan-jalan.
Mereka takut kembali ke dalam rumah atau bangunan yang masih berdiri karena masih banyak gempa susulan mengguncang area tempat mereka berada.
Badai musim dingin dan suhu di bawah nol derajat celcius membuat banyak warga semakin menderita. Para korban gempa juga tak memiliki bahkan tak mendapatkan bantuan alat berat untuk mempercepat penyelamatan.
- Penulis :
- khaliedmalvino