
Pantau - Peneliti senior Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) AB Solissa mengungkapkan, ada faktor utama yang menghambat nota perdamaian Two State Solution untuk Palestina dan Israel.
AB Solissa menuturkan, Israel hingga kini masih enggan mengakui kedaulatan bangsa Palestina. Belum lagi dukungan sejumlah negara Islam yang lemah dalam membantu Palestina.
"Menurut saya faktor yang membuat penyelesaian konflik antara Hamas dan Israel ini terletak pada Israel yang tidak mau mengakui kedaulatan bangsa Palestina. Ditambah dengan lemahnya dukungan negara-negara Islam untuk membantu Palestina dalam melawan hegemoni Israel," ujarnya kepada Pantau.com, Jumat (3/11/2023).
Dia bilang, Israel juga ogah mengehntikan aneksasi terhadap Palestina. Pasalnya, kata AB Solissa, beberapa negara Arab dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pun tak mampu bersatu.
"Israel tidak akan berhenti melakukan aneksasi terhadap Palestina. Selama negara-negara Arab yang tergabung dalam OKI tidak bisa bersatu untuk menekan Israel, maka selama itu pula tak ada satu pun kekuatan yang bisa menghentikan agresi Israel di wilayah Palestina, termasuk PBB," tegasnya.
AB Solissa menilai, sia-sia mengupayakan ada kebijakan Two State Solution antara Palestina dan Israel.
"Jadi, percuma mendorong penandatanganan nota perdamaian karena Israel akan melanggarnya lagi. Coba kita lihat, sudah berapa banyak resolusi PBB yang dilanggar oleh Israel? Sangat banyak. Tapi tak pernah ada sangsi yang dijatuhkan kepada Israel," katanya.
Lalu bagaimana solusi terbaik jika Two State Solution tak mampu meredam konflik menahun antara Palestina dan Israel ini?
"Satu-satunya jalan adalah dorong persatuan negara-negara Islam untuk menekan Israel, baik dengan pendekatan diplomasi maupun kekuatan militer," tandasnya.
- Penulis :
- Khalied Malvino
- Editor :
- Khalied Malvino