
Pantau - Salah satu kota di tepi barat Israel, Betlehem, akhirnya tidak melakukan perayaan hari Natal seperti sebelum-sebelumnya pada Senin (25/12/2023). Hal itu disebabkan karena masih berlanjutnya konflik antara Israel dan Hamas di jalur Gaza.
Seperti dilihat Pantau.com pada foto-foto yang beredar menampilkan sebuah adegan kelahiran Yesus yang dikelilingi puing-puing dan kawat berduri berdiri menggantikan pohon Natal tradisional di Manger Square.

Pemandangan ini merupakan pengingat akan perang berdarah antara Israel dan Hamas yang telah menewaskan lebih dari 20.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
"Natal ada di hadapan kita tahun ini dan kita hidup dalam situasi dan waktu yang paling sulit dan paling gelap akibat penderitaan yang dialami oleh rakyat kita di Jalur Gaza yang terkepung dan di semua kota, desa, kamp-kamp di Tepi Barat dan Yerusalem yang suci karena agresi yang terus menerus terjadi," ujar Hanna Hannanya, Wali Kota Betlehem, saat meresmikan pajangan tersebut.
Pramuka Tanah Suci, sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan anak laki-laki dan perempuan, mengadakan pawai kecil pada malam Natal. Mereka membawa spanduk yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem, memimpin Misa Tengah Malam Natal di Gereja St Catherine di Basilika Kelahiran. Dalam pidatonya, ia menyinggung penderitaan warga Palestina di Jalur Gaza, yang telah berada di bawah bombardir Pasukan Pertahanan Israel selama lebih dari dua bulan.
"Pikiran saya tertuju pada Gaza dan dua juta penduduknya. Sungguh, kata-kata 'tidak ada tempat untuk mereka' menggambarkan situasi mereka, yang sekarang diketahui oleh semua orang," ujar Pizzaballa.
“Penderitaan mereka tak henti-hentinya berteriak ke seluruh dunia. Tidak ada tempat atau rumah yang aman bagi siapa pun,” imbuhnya.
Kebaktian di gereja itu sebagian besar dihadiri oleh umat Kristen Palestina, menurut Vatikan News. Bethlehem, yang diakui sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus, memiliki populasi sekitar 30.000 orang, termasuk campuran antara umat Kristen dan Muslim.
Kota ini membatalkan banyak parade dan upacara serta meniadakan dekorasi tradisionalnya tahun ini.
Kota yang terletak sekitar 45 mil di timur laut Jalur Gaza ini biasanya menjadi tujuan wisata pada hari Natal. Aktivitas turis pada hari raya merupakan kontributor besar bagi perekonomiannya. Tahun lalu, sekitar 120.000 wisatawan berziarah ke Betlehem. Pada tahun 2019, tercatat 150.000 wisatawan.
Tak hanya itu, konflik tersebut mengakibatkan banyak hotel, toko dan restoran yang tutup karena sepinya pengunjung.
Diketahui, konflik meningkat pada tanggal 7 Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan yang menewaskan 1.200 warga Israel dan menyandera sekitar 240 orang.
[Sumber: UPI News]
- Penulis :
- Abdan Muflih
- Editor :
- Muhammad Rodhi