
Pantau - Perang Saudara di Yaman telah berlangsung selama beberapa tahun dan telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius, bahkan dijuluki "krisis kemanusiaan terburuk" oleh PBB, karena telah menyebabkan banyak korban, perusakan, kekerasan, dan anarkisme.
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Perang Saudara di Yaman: Analisis Kepentingan Negara Interventif dan Prospek Resolusi Konflik”, para aktor yang terlibat dalam Perang Saudara ini antara lain kelompok pemberontak Houthi, pemerintahan Presiden Hadi didukung koalisi Arab Saudi, kelompok Dewan Transisional Selatan, hingga Al-Qaeda. Selain itu, peristiwa yang menjadi salah satu sorotan utama dari perang saudara ini adalah serangan udara yang Arab Saudi beserta koalisinya. Hal ini mengakibatkan tingginya jumlah korban serangan udara di konflik Yaman dari keseluruhan korban.
Dalam penelitian yang berjudul "The War of Yemen and The International Court Decision: A Houthi Case Fighting" yang diterbitkan oleh Journal of Legisprudence and Jurisprudence, Perang saudara di Yaman dimulai pada akhir tahun 2014 setelah terjadinya pemberontakan Houthi yang mengusir pemerintah. Saat itu, ibu kota Yaman, Sanaa, jatuh ke tangan pemberontak Houthi yang melawan pasukan yang setia kepada pemerintah dan juga didukung oleh Arab Saudi. Konflik terus berlanjut dengan melibatkan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dan koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi melawan pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran.
Baca juga:Penyebab Perang Saudara Lebanon 1975 - 1990Sejarah Perang Saudara di Lebanon 1975-1990
Pemberontakan terus terjadi hingga mencapai puncaknya, yaitu ketika Arab Saudi dan Uni Emirat secara bersamaan mengebom dan melakukan blokade ke Yaman. Serangan tersebut bertujuan untuk melawan Houthi dan membalikkan kekuasaan yang telah dilakukannya terhadap pemerintah yang sah dan diakui secara Internasional keberadaannya sehingga mereka dapat kembali menduduki wilayahnya. Diketahui bahwa Bangsa Barat sebagian besar mendukung tindakan yang dilakukan oleh Arab Saudi.
Pada akhir 2018, Uni Emirat Arab yang telah memberikan dukungannya kepada Yaman bersama-sama mengepung sebuah pelabuhan yang dikuasai oleh Houthi yakni wilayah Hudaydah, yang merupakan jalan untuk pemberian jutaan orang Yaman yang mengalami kelaparan.
Dengan menyerang serta menghancurkan pelabuhan yang dikuasai oleh Houthi ini mereka berpikir bahwa penyerangan tersebut akan membuat kekuatan Houthi semakin melemah. Meskipun begitu, penghancuran ini menimbulkan konsekuensi yang harus diterima yakni akan menimbulkan krisis kelaparan yang akan lebih parah dibanding sebelumnya.
Baca Juga:
5 Perang Saudara yang Pernah Terjadi di Indonesia
Sejarah Perang Saudara di Tiongkok 1945-1949
Mark Lowcok, salah satu Pejabat Amerika Serikat telah memperingatkan hal tersebut, dan terbukti bahwa penyerangan ini memicu kelaparan yang mengakibatkan pembunuhan di Khashoggi semakin meningkat sehingga mendorong bangsa Barat untuk mulai mengendalikan koalisi Teluk.
Setelah itu, Amerika Serikat mengumumkan bahwa pihaknya tidak akan lagi memberikan bantuan untuk mengisi bahan bakar jet koalisi Arab Saudi yang digunakan untuk melakukan penyerangan di Yaman. Lalu, sekitar satu bulan setelahnya diadakan “Perjanjian Stockholm” yakni antara pemerintah Yaman dengan Houthi, yang meliputi gencatan senjata. Amerika Serikat juga menekan agar perang saudara tersebut segera diakhiri, yang kemudian dilarang untuk ikut campur oleh PBB dan akan diatur dalam undang-undang yang berkaitan.
Sebenarnya perang saudara yang terjadi di Yaman sendiri merupakan suatu masalah internal dalam memperebutkan kekuasaan kepemimpinan selama bertahun-tahun di antara para pihak yakni Hadi dan Hiutsi. Diketahui bahwa Yaman bagian Utara dan Selatan telah menjadi satu bagian sejak tahun 1990. Namun pada tahun 1994, daerah Yaman selatan mulai berusaha melepaskan dirinya. Pasukan dari selatan tersebut lebih sedikit sehingga lebih cepat untuk dipukul mundur karena pasukan, kekuatan, serta sumber daya alam yang ada di bagian utara Yaman lebih banyak.
- Penulis :
- Latisha Asharani