
Pantau - Uni Eropa menyerukan transparansi dalam proses Pilpres di Venezuela, dengan menyatakan kehendak rakyat harus dihormati.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menekankan pentingnya rakyat Venezuela memberikan suara secara damai dan keputusan mereka harus dihargai.
Dia juga menyoroti pentingnya memastikan transparansi penuh dalam proses elektoral, termasuk penghitungan suara secara rinci dan akses ke data pemungutan suara di TPS.
Baca juga; Maduro Menang Ketiga Kalinya dalam Pilpres Venezuela
"Memastikan transparansi penuh dalam proses pemilu, termasuk penghitungan suara secara rinci dan akses terhadap data pemungutan suara di TPS, sangatlah penting," ujar Borrell, mengutip The Guardian, Senin (29/7/2024).
Maduro Terpilih Ketiga Kalinya
Nicolás Maduro kembali memenangkan Pilpres Venezuela untuk periode ketiganya. Kepala Dewan Pemilihan Nasional (CNE), Elvis Amoroso, yang mempunyai hubungan dekat dengan Maduro, mengklaim dengan 80 persen suara telah dihitung.
Maduro memperoleh 51 persen suara, ketimbagn lawan politiknya yang hanya meraih 44 persen suara. Pihak oposisi menegaskan, ada kecurangan dalam Pilpres Venezuela ini, bahkan pihak oposisi beruyapa untuk membatalkan hasil penghitungan suara tersebut. Mereka bersatu di belakang Edmundo González untuk menggulingkan Maduro.
Pihak oposisi mengirimkan ribuan saksi ke tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh negeri demi memantau jalannya pemungutan suara. Namun, juru bicara koalisi González mengungkapkan, para saksi mereka dipaksa untuk pergi di banyak TPS.
Gonzalez Unggul dalam Jajak Pendapat
Sebelum pemungutan suara digelar, jajak pendapat menunjukkan González unggul atas Maduro dengan selisih yang signifikan.
Sebagian besar pemilih menyatakan keinginan mereka untuk melakukan perubahan setelah 25 tahun pemerintahan sosialis di bawah partai PSUV, awalnya di bawah kepemimpinan mendiang Presiden Hugo Chavez, lalu kini berada di bawah kepemimpinan Nicolás Maduro setelah kematian Chavez akibat kanker pada 2013.
PSUV telah menguasai tidak hanya cabang eksekutif dan legislatif pemerintahan, tetapi juga sebagian besar lembaga peradilan. Pemilu sebelumnya, yang diadakan pada 2018, secara luas dianggap tidak bebas dan tidak adil.
Baca juga: Jalan Terjal Maduro Halau Suara Oposisi di Pilpres Venezuela
Pada periode sebelum Pilpres 2024, ada kekhawatiran yang cukup besar terkait jajak pendapat mungkin juga dirusak oleh penyimpangan. Kekhawatiran ini kian diperparah oleh pernyataan Presiden Maduro yang mengaku akan menang "dengan cara apa pun."
Namun demikian, pihak oposisi tetap berpandangan positif menjelang Pilpres, dengan menekankan jumlah pemilih yang signifikan dari para pendukungnya akan menyulitkan pemerintah untuk "mencuri pemilu".
Pilpres Gunakan Sistem Elektronik
Pemungutan suara di Venezuela dilakukan secara elektronik. Para pemilih menekan tombol yang diberikan kepada kandidat pilihan mereka pada mesin pemungutan suara.
Hasil elektronik dikirim ke kantor pusat CNE, tetapi mesin juga mencetak tanda terima kertas yang kemudian dimasukkan ke dalam kotak suara.
Baca juga: Kepala Staf Keamanan Oposisi Venezuela Dicokok Polisi Sehari Sebelum Pemilu
Berdasarkan undang-undang, sejumlah partai politik diizinkan mengirim saksi untuk menghitung tanda terima kertas ini yang dilakukan di tiap TPS, namun banyak yang tidak bisa melaksanakannya.
Pihak oposisi mengklaim mereka hanya diberi akses hingga kurang dari sepertiga dari tanda terima yang dicetak. Rencana mereka adalah memantau apakah hasil penghitungan Pilpres itu sesuai dengan hasil yang diumumkan oleh CNE.
Sumber: BBC.com/The Guardian
- Penulis :
- Khalied Malvino