
Pantau - Perdana Menteri (PM) Lebanon, Najib Mikati, pada Kamis (26/9/2024), menyambut baik seruan bersama gencatan senjata sementara antara Israel dan Hizbullah menyusul eskalasi konflik lintas batas.
Pada Rabu (25/9/2024) malam, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan sembilan negara lainnya mendesak kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata selama 21 hari.
Dalam pidatonya di Sidang Dewan Keamanan PBB, Mikati menyoroti perlunya “upaya bersama dari seluruh anggota Dewan Keamanan PBB untuk menekan Israel agar segera melakukan gencatan senjata di semua lini,” merujuk pada situasi di Gaza dan Lebanon.
Mikati menekankan, tanggung jawab untuk mengimplementasikan gencatan senjata dan sejumlah resolusi internasional berada di tangan Israel, demikian menurut kantor berita resmi Lebanon, NNA.
Pernyataan bersama oleh AS dan UE, serta Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar, menggambarkan situasi antara Israel dan Lebanon sejak 8 Oktober sebagai situasi yang “‘tak bisa ditolerir’.”
Situasi ini “menghadirkan risiko eskalasi regional yang sulit diterima,” demikian pernyataan mereka. “Ini bukan untuk kepentingan siapa pun, baik rakyat Israel maupun Lebanon.”
“Oleh karena itu kami menyerukan gencatan senjata 21 hari segera di perbatasan Lebanon-Israel untuk memberikan ruang bagi diplomasi menuju penyelesaian diplomatik yang konsisten dengan UNSCR (Resolusi Dewan Keamanan PBB) 1701, dan implementasi UNSCR 2735 mengenai gencatan senjata di Gaza,” jelasnya.
Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut baku tembak di perbatasan Israel-Lebanon bisa memicu konflik yang lebih luas bahkan membahayakan warga sipil.
Tensi memuncak setelah serangan udara Israel ke Lebanon. Nyaris 610 korban tewas dan lebih dari 2.000 orang terluka, menurut para pejabat kesehatan Lebanon.
Hizbullah dan Israel terlibat pertempuran di lintas perbatasan sejak dimulainya serangan Israel ke Jalur Gaza. Operasi militer Israel di Gaza menewaskan hampir 41.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Serangan ini menyusul serangan lintas batas oleh Hamas sejak 7 Oktober lalu.
Komunitas internasional mengecam serangan ke Lebanon. Pasalnya, konflik Lebanon dan Israel berpotensi menyebar ke negara tetangga. (Anadolu)
- Penulis :
- Khalied Malvino