
Pantau - Israel dilaporkan membunuh 146 dokter dari berbagai spesialisasi di Gaza, sementara mayoritas obat-obatan dan pasokan medis kritis habis, di tengah serangan brutal yang berkelanjutan.
Informasi ini diumumkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina pada Minggu (6/10/2024), saat genosida di Jalur Gaza mencapai tahun pertama.
Kementerian mencatat bahwa 83 persen pasokan medis dan 60 persen obat-obatan tidak tersedia di rumah sakit serta pusat kesehatan di wilayah tersebut. Kondisi semakin memburuk karena 25.000 pasien dan korban luka membutuhkan perawatan medis di luar Gaza, yang saat ini terisolasi.
BACA JUGA: Setahun Genosida, Ribuan Demonstran Pro-Palestina di Eropa Serukan Gencatan Senjata
Sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober 2023, aliran listrik ke Gaza terputus dan mencegah pasokan bahan bakar untuk mengoperasikan satu-satunya pembangkit listrik.
Selain itu, akses air, komunikasi, makanan, dan obat-obatan telah dihentikan, dengan penutupan perbatasan semakin memperparah situasi.
Israel terus menahan masuknya bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar, hanya mengizinkan sejumlah kecil bantuan untuk organisasi internasional, yang jauh dari mencukupi kebutuhan penduduk Gaza.
BACA JUGA: Hilangnya Senyum Anak-anak Palestina
Meski Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi untuk gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangan terhadap Jalur Gaza.
Akibatnya, hampir 41.900 korban tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 97.100 korban terluka, menurut laporan Kemenkes Palestina.
Serangan itu mengakibatkan hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi, di tengah blokade yang memicu krisis pangan, air bersih, dan obat-obatan. Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza. (Anadolu)
- Penulis :
- Khalied Malvino